get app
inews
Aa Text
Read Next : PSBG Bersama Puskesmas Kecamatan Kalideres Gelar Pemeriksaan TBC

Waduh! Penderita TBC di Jabar Terbesar di Indonesia, Jangkiti 128 Ribu Warga

Kamis, 10 November 2022 | 07:51 WIB
header img
Provinsi Jabar terbanyak di Indonesia jumlah penderita TBC. Foto ilustrasi: Freepik/pressfoto

BANDUNG, iNewsDepok.id - Sebanyak 128.000 warga Jawa Barat (Jabar) diprediksi terkena penyakit tuberkulosis atau TBC. Hal tersebut menjadi Jabar sebagai provinsi penyumbang penderita TBC terbesar di Indonesia.

Sementara Indonesia sendiri menjadi negara terbanyak kedua jumlah penderita TBC di dunia.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, Nina Susana Dewi, dalam pertemuan lintas sektor tingkat kabupaten/kota untuk menekan penyebaran TBC dan mencegah penambahan kasus stunting, dalam rangkaian Peringatan Hari Kesehatan Nasional tingkat Provinsi Jabar, di Bandung, Rabu (9/11/2022).

Nina mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap ancaman TBC masih rendah sehingga jumlah penderitanya terus bertambah.

Selain masih minimnya kesadaran masyarakat, menurut Nina berbagai faktor menjadi penyebab masih tingginya jumlah penderita TBC di Jabar, di antaranya proses pengobatan yang membutuhkan waktu lama, setidaknya enam bulan.

Akibatnya, tidak sedikit pasien yang menghentikan pengobatan meski baru berjalan beberapa bulan, bahkan pekan saja. Tidak hanya itu, ada juga pasien yang merasa sudah sembuh meski baru berobat 1-2 bulan.

"Jadi ini yang menyebabkan tak tercapainya pengobatan," terang Nina.

Penyebab lainnya, masih banyak orang yang merasa malu ketika ada keluarganya tertular TBC. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang memiliki kontak erat dengan pengidap TBC, namun tidak melakukan pengobatan.

Penyebaran TBC juga diperburuk oleh tidak terdeteksinya penyakit tersebut saat pengobatan. Menurut Nina, banyak warga yang merasa hanya terkena flu dan batuk biasa sehingga hanya menjalani pengobatan biasa.

"Mungkin dianggap flu biasa, batuk biasa, padahal sudah sering, sudah lama. Karena informasinya tidak benar, sehingga (saat berobat) tidak diperiksa dahak, tidak di-rongent," jelasnya.

Nina juga mengungkapkan, masih tingginya penyebaran TBC juga terjadi karena minimnya pendataan, terutama dari fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Banyak klinik maupun rumah sakit swasta yang tidak melaporkan tengah merawat pasien TBC.

"Kepatuhan untuk melapor juga kecil. Ini menambah beban untuk menurunkan TBC," ucap Nina.

Editor : Kartika Indah Kusumawardhani

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut