DEPOK, iNewsDepok.id – Universitas Indonesia menggunakan nama Indonesia secara langsung. Untuk itu sebanyak 9.000 mahasiswa baru UI diajak untuk selalu mengingat 4 konsensus Bangsa Indonesia yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Dengan demikian mahasiswa UI diharapkan menjadi garda terdepan dalam merawat nilai-nilai keindonesiaan.
Ajakan tersebut disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH saat mengisi kuliah umum terkait Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Sebanyak 9.000 Mahasiswa Baru UI mengikuti PKKMN yang berlangsung, Senin, 8 Agustus 2022.
Selain Kepala BNPT, Kuliah Umum juga diisi Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, PhD dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI Habib Luthfi bin Yahya.
Boy Rafli menegaskan pada intinya 4 konsensus Bangsa Indonesia tersebut adalah mengakui perbedaan dari Sabang sampai Meruke tetapi memiliki tujuan satu yaitu kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Nilai-nilai keindonesiaan itu adalah pluralis, toleran, mengedepankan persatuan dan kesatuan. Kita mahasiswa UI menjadi terdepan dalam menjaga bangsa dari ideologi yang bertentangan dengan bangsa kita," kata mantan Kadiv Humas Polri tersebut.
Mantan Kapolda Papua dan Banten tersebut nenyatakan selain mencari dan mengembangkan ilmu berdasarkan fakultas masing-masing, tak kalah pentingnya mahasiswa UI untuk membangun dan menjaga karakter keindonesiaan.
"Karakter keindonesia itu majemuk, toleran, berjiwa patriot, dan memiliki semangat bela negara," tutur Boy Rafli.
Tantangan untuk merawat keindonesiaan perlu terus dipupuk ditengah derasnya arus kemajuan teknologi dan penyebaran ideologi transnasional termasuk ideologi radikal terorisme. Generasi Y dan Z rentan terpapar ideologi radikal terorisme mengingat mereka menjadi pengguna aktif media sosial.
“Banyak propaganda memanfaatkan derasnya arus kemajuan teknologi. Karakteristik propaganda diantaranya bertentangan dengan konstitusi negara, memiliki tujuan tertentu seperti motif politik, menghalalkan segala cara termasuk cara-cara kekerasan dalam mencapai suatu tujuan,” terang Boy Rafli.
Kejadian terpengaruhnya anak usia muda dengan konten radikal terorisme bukan sekadar isapan jempol.
"Kita perlu waspada, beberapa peristiwa di negara kita yang berkaitan dengan aksi bom bunuh diri tidak lepas dari usia remaja dan pemuda, terutama rentang umur 17 sampai 30 tahun," lanjut dia.
Untuk itu Boy mengingatkan mahasiswa baru untuk lebih selektif dan waspada terhadap konten yang dikonsumsi setiap hari.
Editor : Mahfud