get app
inews
Aa Read Next : Ini Perbedaan Psikiater, Konselor, Psikolog: Siapa yang Anda Butuhkan?

Kotoran Telinga Identifikasi Tingkat Stres, Kok Bisa? Berikut Penjelasannya

Senin, 08 Agustus 2022 | 07:00 WIB
header img
Ilustrasi. Foto: northshorehearingpc.com

DEPOK, iNewsDepok.id - Siapa menyangka bila kotoran telinga bisa mengidentifikasikan tingkat stres seseorang. Benarkah demikian?

Berdasarkan sebuah penelitian, kotoran telinga dapat menjadi tolok ukur untuk mengetahui kesehatan mental seseorang. Dalam penelitian tersebut, peneliti melakukan riset terhadap 37 orang responden.  

"Keberadaan kotoran di dalam telinga dapat dipakai untuk mengetahui cara yang lebih baik dalam mendiagnosa kondisi kejiwaan, termasuk depresi," ungkap peneliti Dr Andres Herane-Vives, psikiater di University College London Institute of Cognitive Neuroscience, seperti dilansir dari BBC, pada Senin (8/8/2022).

Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa hormon kortisol seseorang dapat diukur dengan kotoran berminyak yang ada di telinga manusia. Sebagaimana diketahui, hormon kortisol ini berkaitan dengan respons tubuh terhadap stres. Oleh karena itu, hormon kortisol ini sering disebut juga hormon stres.

Hormon kortisol mengirimkan sinyal alarm ke otak sebagai respons terhadap stres, hormon itu dapat memengaruhi hampir semua sistem dalam tubuh, mulai dari sistem kekebalan hingga pencernaan dan kualitas tidur.

Namun, perannya dalam gangguan termasuk kecemasan dan depresi belum sepenuhnya dipahami.

Dr Herane-Vives ingin memahami apa yang mungkin diindikasikan oleh peningkatan atau penurunan kadar kortisol. Meski penelitian ini masih tahap awal, tapi Dr Herane-Vives berharap hal ini pada akhirnya bisa membantunya menetapkan "ukuran biologis yang obyektif" untuk mengetahui kondisi kejiwaan.

Secara teori, orang-orang dengan gejala kesehatan mental dapat diuji kadar kortisolnya, dan ini dapat membantu menginformasikan hasil diagnosisnya.

Saat ini, diagnosis kesehatan mental sebagian besar bersifat subyektif, sehingga penelitian mengenai kotoran telinga ini memberikan alat tambahan kepada para profesional untuk membantu membuat penilaian secara lebih akurat.

“Diagnosis yang baik adalah ‘satu-satunya cara untuk memberikan pengobatan yang tepat’,” ungkat Dr Herane-Vives.

Menurut Dr Herane-Vives, hal ini berpotensi digunakan untuk menginformasikan siapa yang mungkin atau tidak mungkin mendapat manfaat dari obat antidepresan.

Kortisol dapat diukur dalam darah, tetapi ini hanya memberikan gambaran singkat perihal kadar hormon seseorang pada saat itu.

Dan lantaran tes darah itu sendiri bisa membuat stres, ini berpotensi memberikan hasil positif yang tidak tepat.

Dr Herane-Vives ingin melihat apakah tingkat kortisol kronis pasien - seperti apa bentuknya dalam jangka waktu yang lebih lama - dapat diukur dengan melihat jaringan di tubuh tempat dia menumpuk.

Sebelumnya Dr Herane-Vives mempelajari apakah kortisol dapat diukur dari folikel rambut, tetapi untuk melakukannya, Anda membutuhkan 3 cm rambut, yang tidak semua orang memilikinya.

"Tapi kadar kortisol dalam kotoran telinga tampaknya lebih stabil," ujarnya.

Lebih lanjut, Dr Herane-Vives merujuk pada analogi dengan makhluk penghasil lilin lainnya, yaitu lebah. Mereka menyimpan gula di sarang mereka, yang diawetkan pada suhu kamar.

“Demikian pula, hormon dan zat lain disimpan dari waktu ke waktu di dalam kotoran telinga, yang "menghasilkan lebih banyak kortisol daripada sampel rambut", kata para peneliti.

Dalam jangka panjang, metode ini dapat dikembangkan untuk mengukur hal-hal lain seperti kadar gula atau bahkan antibodi terhadap virus.

Artikel ini telah tayang juga di Okezone.com dengan judul “Siapa Sangka, Kotoran Telinga Ternyata Dapat Identifikasi Tingkat Stres Seseorang?

Editor : Kartika Indah Kusumawardhani

Follow Berita iNews Depok di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut