Selain itu juga ditemukan lubang yang menembus dada dan menembus lengan kanan yang juga diduga juga merupakan lubang bekas tembakan.
"Diduga empat lobang akibat peluru," tegas Kamaruddin.
Kedua dokter itu juga melaporkan ditemukannya kulit yang mengelupas di bahu, tetapi belum diketahui lubang itu disebabkan oleh apa, karena ketika disondek, tidak ada lubang ke dalam.
"Diduga bukan bekas peluru. Sampel di bagian itu sudah diambil (tim forensik) untuk diuji di laboratorium RSCM," jelas Kamaruddin lagi.
Selain sampel di bahu, kedua dokter yang diutus Kamaruddin untuk mengikuti ekahumasi juga melaporkan kalau tim forensik mengambil sampel dari jari kelingking dan jari manis karena ditemukan kerusakan atau patahan-patahan di situ, sementara kukunya terkelupas; dari punggung yang memar; dari siku kaki di belakang lutut yang memar; dari kaki kanan paling bawah karena di situ terdapat sobekan dan jahitan; dan dari penggelangan kaki kiri karena di situ juga terdapat lubang.
Sampel-sampel itu diambil untuk diketahui apa penyebab luka tersebut, tetapi ada dugaan kalau sobekan dan jahitan di bawah kaki kanan dibuat pada autopsi pertama untuk memasukkan formalin sebanyak dua kali.
Kamaruddin mengaku kalau ia sempat meminta kedua dokter yang diutusnya untuk mengikuti ekahumasi, agar saat ekahumasi jeroan Brigadir J juga diperiksa untuk mengetahui penyebab kematiannya. Yang ia minta diperiksa adalah usus dan lambung, karena siapa tahu Brigadir J diracun.
Namun, kata Kamaruddin, kedua dokter itu mengatakan kalau pemeriksaan terhadap usus dan lambung sulit dilakukan karena Brigadir J telah meninggal 19 hari.
"Jadi, yang diperiksa ginjalnya, karena ginjal itu sensitif, sehingga (dari ginjal) bisa diketahui sebab-sebab kematiannya," jelas Kamaruddin.
Editor : Rohman