JAKARTA, iNews.id– Mahasiswa menjadi kelompok yang diincar paham ideologi radikal terorisme. Untuk membentengi mahasiswa dari pengaruh paham radikal terorisme, BNPT mengajak civitas akademika Universitas Bung Karno untuk menjaga konstitusi bangsa sebagai ideologi pemersatu.
Ajakan BNPT tidak sekadar seruan tetapi ditindaklanjuti melalui kesepakatan kerja sama.
Penandatanganan kerja sama dengan UBK diawali dengan kuliah umum yang disampaikan Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar. Kuliah umum berlangsung di Aula Fatmawati, Selasa (24/5/2022).
Selanjutnya dilakukan penanda tanganan kerja sama oleh Sekretaris Utama BNPT Mayjen TNI Dedi Sambowo, Sip dengan Rektor UBK, Dr. Didik Suhariyanto,SH.,M.H yang disaksikan oleh Kepala BNPT dan Ketua Yayasan Pendidikan Soekarno serta dihadiri oleh pejabat eselon satu dan eselon dua BNPT, pejabat struktural UBK serta para civitas akademika UBK.
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli menyatakan BNPT terus membangun kerja sama dengan setiap komponen bangsa dalam semangat pentahelix. Salah satu unsur bangsa yang strategis untuk bekerjasama melawan ideologi kekerasan adalah civitas akademika.
Boy menekankan pentingnya generasi muda menyelamatkan bangsa dalam menyongsong satu abad bangsa Indonesia pada tahun 2045. "Terutama dalam menangkal pengaruh-pengaruh ideologi bangsa sehingga perlu penguatan pada jati diri bangsa," kata Boy
Menurut mantan Kepala Divisi Humas Polri ini, masyarakat luas harus memiliki antibodi yang baik dalam menghadapi virus radikalisme terorisme. Indonesia sendiri sudah memiliki antibodi yaitu empat pilar kebangsaan, empat konsensus nasional, dan moderasi beragama.
Karena itu, ia mengajak mahasiswa UBK menjadi generasi muda yang gigih mempertahankan konstitusi negara dari pengaruh dan upaya-upaya untuk mengganggu ideologi bangsa.
“Sebagai generasi muda, apalagi lulusan UBK harus menjadi garda terdepan mengamankan konstitusi negara dari pengaruh dan upaya-upaya untuk mengganggu ideologi bangsa kita yang sudah kita yakini bersama sebagai ideologi pemersatu,” jelas Kepala BNPT.
Sementara itu Ketua Yayasan Pendidikan Soekarno M. Mahendra Putra S,SH.,M.H. menyampaikan bahwa sikap intoleransi, radikalisme dan terorisme terjadi akibat keyakinan dan pemikiran yang dipaksakan. Untuk itu konsensus nasional penting untuk dipahami bersama.
“Jika kita memahami dan menghayati Pancasila, maka kita tidak akan pernah terlibat dengan konflik di dalam maupun di luar sebagai individu," kata Mahendra.
Ketua Yayasan Pendidikan Soekarno itu menjelaskan inti dari Pancasila adalah bahwa semua bersaudara sehingga nilai-nilai toleransi harus dikedepankan.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait