JAKARTA, iNewsDepok.id - Ketua Aliansi Masyarakat Jakarta (Amarta) M Rico Sinaga mengasumsikan kalau peninjauan Jokowi ke lokasi pembangunan Sirkuit Formula E di Ancol, Jakarta Utara, pada Senin (25/4/2022) merupakan sinyal dukungan bagi Gubernur Anies Baswedan untuk berduet dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani di Pilpres 2024.
Ia menyebut ada beberapa indikator yang membuat dirinya berasumsi begitu.
"Wacana penduetan Anies-AHY itu sudah bergulir sejak sekitar tiga bulan lalu, dan pada 23 April 2022 kemarin bahkan PMWC (Perhimpunan Masyarakat Wong Cilik) mendeklarasikan Anies-Puan di Jakarta, tetapi sampai sejauh ini Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri maupun kader-kader PDIP, juga dari partai-partai koalisinya, tidak bersuara untuk menolak. Mereka seperti membiarkan atau bahkan mengaminkan wacana itu," kata Rico di KAHMI Jaya, Pulogadung, Jakarta Timur, Kamis (28/4/2022) malam.
Menurut aktivis senior yang telah puluhan tahun malang-melintang di bidang politik dan pemerintahan di Jakarta itu, kondisi tersebut sangat berbeda dengan ketika muncul wacana penundaan Pemilu 2024 di mana kader-kader PDIP bersuara nyaring. Meskipun wacana itu juga digulirkan oleh ketua umum partai koailisinya dalam mendukung pemerintahan Jokowi, yakni Ketua Umum PBB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
Bahkan salah satu kader senior PDIP, yakni Masinton Pasaribu, membongkar kalau kasus gratifikasi ekspor CPO yang melibatkan oknum pejabat teras di Kementerian Perdagangan diduga terjadi akibat adanya kesepakatan urun dana (fundraising) untuk membiayai wacana penundaan Pemilu 2024 sekaligus perpanjangan masa jabatan presiden.
Kemudian, lanjut ketua Amarta yang juga ketua Dewan Pakar Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Provinsi DKI Jakarta itu, selang dua hari setelah pernyataan Masinton yang disampaikan pada tanggal 23 April 2022, juga selang dua hari setelah PMWC mendeklarasikan Anies-Puan, Jokowi tiba-tiba meninjau pembangunan Sirkuit Formula E. Sementara di sisi lain, Megawati dan kader-kader PDIP masih diam pada adanya wacana menduetkan Anies dan Puan Maharani.
"Semua itu membuat saya berpikir bahwa ini kemungkinan saling kait mengait. Apalagi karena sebelum Masinton bicara, Megawati telah lebih dulu menyatakan menolak penundaan Pemilu dan perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi menjadi 3 periode. Jadi, bisa saja peninjauan Jokowi ke lokasi pembangunan Sirkuit Formula E itu sebenarnya membawa agenda terselubung, atau barangkali berupa sinyal, bahwa PDIP mendukung atau mungkin bersedia menduetkan Anies dengan Puan di Pilpres 2024," kata Rico lagi.
Ketika ditanya apakah Anies bersedia diduetkan dengan Puan, karena selama ini Anies sendiri diam soal wacana itu, dan pendukungnya pun banyak yang anti-PDIP akibat kebijakan-kebijakan pemerintahan Jokowi yang dinilai pro oligarki dan tidak sesuai dengan jargon PDIP yang mengklaim dirinya sebagai Partai Wong Cilik.
Sementara di sisi lain, Fraksi PDIP di DPRD pun gencar sekali menyerang berbagai kebijakan Anies, termasuk menyerang program Formula E.
Menurut Rico, Anies diam atas wacana penduetan dirinya dengan Puan, karena Anies masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, sehingga dia belum mau bicara tentang pencapresan.
"Anies juga kan diam pada tindakan para pendukungnya yang mendeklarasikan dirinya di mana-mana, di berbagai kabupaten/kota di Indonesia?" tanyanya.
Rico meyakini, ketika masa jabatan Anies sebagai gubernur DKI Jakarta selesai pada Oktober 2022, Anies pasti akan bicara tentang pencapresan dirinya, termasuk tentang wacana menduetkan dirinya dengan Puan.
Rico bahkan meyakini kalau pun akhirnya Anies setuju diduetkan dengan Puan dan menerima pinangan PDIP, Anies dapat meredakan gejolak yang terjadi di kalangan para pendukungnya.
"Anies jago kalau soal yang begitu," cetus Rico.
Ketika ditanya soal potensi memenangkan Pilpres 2024 jika Anies bersedia berduet dengan Puan, Rico menilai potensi itu besar sekali, karena pada Pemilu 2019, PDIP merupakan partai dengan perolehan suara sebanyak 19,33% dan mendapat 128 kursi di DPR.
"Kalau mengacau pada ketentuan pasal 222 UU Pemilu dimana partai yang berhak mengusung Capres adalah partai yang memperoleh 20% suara DPR atau 25% suara nasional, PDIP sudah pasti dapat mengusung Anies-Puan, karena PDIP tinggal menggandeng satu partai untuk berkoalisi, maka syarat 20% terpenuhi," katanya.
Rico juga yakin pasangan Anies-Puan akan menang, karena koalisi PDIP terbukti dapat memenangkan Jokowi pada Pemilu 2014 dan 2019.
Karenanya, kata Rico, wacana duet Anies-Puan perlu didorong agar dapat terealisasi.
"Saya termasuk yang akan mendorong realisasi wacana itu," tegasnya.
Editor : Rohman
Artikel Terkait