JAKARTA, iNews Depok.id - Apakah kamu merasakan kebas, nyeri, kesemutan, atau rasa seperti tertusuk jarum di tangan dan kaki? Waspadai sinyal ini karena 8 dari 10 pasien dengan Neuropati Periferal (PN) tidak menyadari sinyal yang dikirimkan oleh saraf mereka, sehingga kondisi mereka tetap tidak terdiagnosis dan gejala terus memburuk. Jangan menjadi salah satu dari mereka!
Dalam rangka memeringati Hari Diabetes Sedunia 2024, P&G Health, produsen Neurobion, mempertemukan pakar kesehatan terkemuka dari Filipina, Indonesia, dan Malaysia untuk membahas temuan penelitian terbaru tentang diagnosis dan pengobatan Neuropati Periferal (PN) pada Diabetes dan Pra-Diabetes. Dengan 1 dari 2 penderita diabetes dan 1 dari 10 pra-diabetes mengalami PN beserta gejala nyerinya, dan diperkirakan 8 dari 10 pasien tetap tidak terdiagnosis.
Para Ahli Kesehatan menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran tentang Neuropati Periferal di kalangan masyarakat umum, dokter, dan apoteker.
Mengenal Neuropati Periferal
Jutaan orang menderita penyakit ini tanpa menyadarinya, sehingga tetap tidak terdiagnosis dan tidak diobati selama bertahun-tahun dan menghadapi rasa sakit.
Neuropati Periferal disebabkan oleh kerusakan saraf, adalah salah satu penyakit paling umum pada sistem saraf perifer yang mengendalikan fungsi tubuh kita, mulai dari sensasi di tangan hingga gerakan otot.
Gejala yang sering muncul meliputi mati rasa, kesemutan, rasa seperti ditusuk, hingga nyeri terbakar, terutama pada kaki dan tangan.
Waspadai sinyal kesemutan atau kebas yang diberikan tangan dan kaki-mu! 8 dari 10 orang tak menyadari Neuropati Periferal (NP). Foto: Ist
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyebab utama Neuropati Periferal (PN), dengan prevalensi yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penderita diabetes.
Menurut Dr. Bien Matawaran (Konsultan - Endokrinologi, Diabetes, dan Metabolisme, Rumah Sakit UST & Mantan Presiden - Perhimpunan Endokrinologi, Diabetes, dan Metabolisme Filipina), “Neuropati Periferal (PN) pada penderita diabetes sangat umum terjadi di Asia Tenggara; di beberapa negara, prevalensinya mencapai hampir 60%. Sebuah studi di Filipina pada tahun 2000 melalui proyek Diabcare-Asia, yang melibatkan 2.708 pasien di pusat diabetes, melaporkan prevalensi 42% untuk neuropati diabetik berdasarkan catatan medis. Sering kali, orang tidak menyadari bahwa mereka berisiko karena faktor risiko tidak terlihat jelas. Oleh karena itu, sangat penting untuk mewaspadai gejala dan melakukan pemeriksaan dini.”
Siapa yang Berisiko?
Kekurangan vitamin B dan penggunaan banyak obat (polimedikasi) merupakan faktor risiko tinggi lainnya selain diabetes, yang dapat menyebabkan kerusakan saraf perifer.
Orang yang berisiko tinggi mengalami Neuropati Periferal (PN) antara lain pasien diabetes, orang obesitas, pasien kemoterapi atau pasca operasi, lansia, peminum alkohol berat, orang dengan kekurangan gizi, serta perokok. Namun, penyakit ini juga dapat memengaruhi individu yang lebih muda dan tampaknya sehat tanpa alasan yang jelas.
Menurut Dr. Rizaldy Pinzon (Spesialis Saraf di Departemen Neurologi, Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta - Indonesia), "Banyak orang yang terkena penyakit ini tidak menyadari bahwa gejala mereka disebabkan oleh Neuropati Periferal (PN) karena penyakit ini sering berkembang secara perlahan, dimulai dengan gejala ringan yang hampir tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama. Pada titik tertentu, gejalanya menjadi lebih parah, mengganggu, dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien. Tiba-tiba, pasien mulai kehilangan mobilitas, kesulitan menaiki tangga atau mengemudi, kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari yang sederhana seperti memasak, mengalami kesulitan tidur, bahkan cedera pada kaki yang tidak mereka sadari – semua ini disebabkan oleh kerusakan saraf yang semakin parah."
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait