“Para milenial diharapkan mampu mengelola lahan, alsintan (alat dan mesin pertanian), hingga manajemen panen dan pasca panen secara modern, sehingga hasilnya akan lebih efisien dan menguntungkan bagi petani milenial,” jelas Inneke.
Mahasiswa yang tergabung dalam MBKM diterjunkan langsung ke wilayah di Indonesia yang meliputi 10 provinsi antara lain Papua Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Di sana, mahasiswa berperan dalam pengelolaan lahan, penerapan teknologi alsintan, manajemen panen, dan pasca panen secara modern. Selain itu, mereka turut mendukung pembentukan koperasi di daerah setempat untuk memperkuat kelembagaan petani.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan, efisiensi proses pertanian, dan posisi tawar petani di pasar.
Salah satu peserta program MBKM, Githa Nirmala, mahasiswa jurusan Manajemen Rekod dan Arsip dari Universitas Indonesia, membagikan pengalamannya mengikuti Program MBKM Kementerian Pertanian. Githa menjelaskan bahwa kegiatan ini memberinya wawasan yang lebih luas mengenai kebijakan pertanian nasional dan bagaimana sektor pertanian dijalankan dari sudut pandang pemerintah.
“Selama mengikuti MBKM di Kementan, saya mendapatkan banyak ilmu tentang bagaimana kebijakan pertanian diimplementasikan di lapangan. Pengalaman ini sangat berharga karena saya bisa melihat bagaimana teknologi dan inovasi pertanian dirancang untuk diadopsi oleh petani di seluruh Indonesia. Selain itu, keterlibatan langsung dengan berbagai pemangku kepentingan di sektor pertanian membuat saya lebih mengerti tantangan yang dihadapi petani, dari permasalahan distribusi hingga kebutuhan akan mekanisasi pertanian,” ujar Githa.
Melalui program MBKM, diharapkan semakin banyak generasi muda yang terjun ke usaha pertanian modern dan berkontribusi dalam mewujudkan pertanian yang lebih efisien serta berkelanjutan di Indonesia.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait