JAKARTA, iNewsDepok.id-Hanif Radinal, anak dari Radinal Mochtar mantan Menteri di era Presiden Soeharto, meninggal setelah kericuhan terjadi usai ia berusaha mempertahankan asetnya saat eksekusi bangunan di Lebak Bulus.
Meninggalnya Hanif diduga karena sakit pada saat eksekusi sita bangunan di kawasan Lebak Bulus tersebut dilakukan ricuh. Sebelumnya, Hanif diketahui memiliki riwayat sakit jantung.
"Jadi saat itu tuh sudah sakit, riwayat jantung sudah lama, keluarganya tahu semua, sudah dilarang oleh keluarganya untuk ikut, tapi tetap ikut," ujar Kapolsek Cilandak, Kompol Wahid Key saat dikonfirmasi, Kamis (12/9/2024).
Banyak orang yang melihat peristiwa tersebut di lokasi kejadian, yang mana saat itu Juru Sita tengah membacakan putusan sita. Mendadak, Hanif mengalami limbung hingga membuat sang Juru Sita turut menolongnya.
"Jadi pada waktu itu juga Juru sita ikut menolong, kan disaksikan anak, keluarga, dan lawyernya juga di kanan kirinya. Jadi yang bopong itu pak Juru sita, sudah selesai pembacaannya, masih di depan tanya jawab, tiba-tiba dia limbung, karena dia limbung dibantulah sama Jurusita, didampingi keluarga dan lawyernya, lalu taruh di rumah," tutur Wahid lagi.
Hanif lantas dilarikan ke rumah sakit terdekat menggunakan mobil Ketua RT setempat. Hanya saja, nyawanya tak tertolong, pihaknya kekuarga pun enggan jenazah korban dilakukan visum dan autopsi.
"Dari pihak keluarga tak melakukan penuntutan, tak visum dan autopsi, mau dimakamkan dan dibawa ke rumah duka. Dari keluarganya menyampaikan seperti itu, keluarganya yang mendampinginya tak membuat laporan dan tak bersedia dilakukan autopsi dan sebagainya, dari rumah sakit dibawa ke rumah, lalu dimandikan dan dibawa untuk dimakamkan di daerah Bogor kalau tak salah," kata Wahid lagi.
Sebelumnya eksekusi berlangsung Kamis pagi, 12 September 2024 dilakukan petugas dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dipimpin juru sita Ausni Mainurdi terhadap sebuah bangunan di Jalan Lebak Bulus III No 15 Cilandak, Jakarta.
Nampak ada dua kubu massa yang pertama di pihak Hanif Radinal, anak Radinal Muchtar menteri PU zaman Soeharto dibantu puluhan massa berseragam loreng merah hitam.
Dan ada satu kelompok massa lain yang merupakan lawan dari pihak Hanif Radinal.
Kedua massa dipisahkah pagar besi yang dilengkapi kawat berduri.
Aparat keamanan dari Kepolisian dan TNI ikut siaga mengamankan jalannya eksekusi sita bangunan tersebut.
Kericuhan memanas saat juru sita PN Selatan yang dipimpin Ausri Mainur mendekati pagar besi di sisi kiri didampingi aparat kepolisian.
Hanif Radinal maju untuk menghadapi Ausri Mainur di dampingi sejumlah massa. Keduanya berdebat panas.
Hanif Radinal meminta eksekusi ditunda dulu karena masih ada proses persidangan yang berjalan.
"Mohon ditunda dulu, masih ada persidangan," kata anak Radinal Muchtar, menteri zaman Soeharto.
Tubagus Noorvan pengacara Hanif Radinal juga ikut berdebat dengan juru sita untuk meminta penyitaan ditunda dulu.
Namun juru sita PN Selatan tetap membacakan putusan sita. Usai putusan dibacakan, seorang pria berkaos putih maju. Ia membawa palu dan menggedor gembok di pagar sisi kiri.
Hanif Radinal menahan palu itu hingga jarinya berdarah. Melihat hal itu, pria berkaos putih mundur.
Seorang pria berbadan besar berpakaian ormas loreng merah hitam meminta eksekusi jangan pakai kekerasan demi menghindari bentrok massa.
Namun giliran massa pro eksekusi penyitaan di sisi kanan menggebrak dan mendorong pagar berlapis kawat duri. Pagar digoncang untuk dijebol.
Massa pro Hanif Radinal berpakaian loreng merah hitam menahan pagar. Kedua massa berhadapan.
Massa nyaris bentrok. Polisi dan tentara yang tak ingin bentrok berdarah menyeruak dan meneriakkan siapapun yang anarkis akan diangkut ke Bareskrim. Polisi dan tentara maju memisahkan kedua massa ormas.
Hanif Radinal dan juru sita Ausri Mainur kembali berhadapan di sisi kanan. Dalam sebuah momen, Ausri Mainur mengangkat Hanif Radinal dan membawanya masuk dalam bopongan.
Ausri Mainur berbadan besar sehingga mudah mengangkat Hanif Radinal yang berbadan kecil. Ausri Mainur kemudian menurunkan Hanif Radinal di pelataran.
Selang bebebapa saat kemudian Hanif Radinal pingsan. Istrinya menangis tersedu-sedu berupaya membuat suaminya bangun.
Pihak keluarga kemudian marah-marah pada juru sita karena ambulans tak ada. Pingsannya Hanif Radinal sekitar 10 menit. Sebanyak 2 polwan ikut membantu agar Hanif Radinal siuman.
Beberapa saat kemudian karena ambulans tak ada, Hanif Radinal dibawa sebuah mobil kijang innova abu-abu ke rumah sakit.
Selang 30 menit kemudian, seorang pria yang mengaku keluarga Hanif berteriak akan menuntut juru sita. "Pak Hanif meninggal, kita akan tuntut penyitaan ini," timpalnya sambil menyebut Hanif dibawa RS Mayapada Lebak Bulus dan meninggal.
Editor : Suriya Mohamad Said
Artikel Terkait