Anak Krakatau Meletus, Kode Warna Penerbangan Dinaikkan Jadi Oranye

Tim iNews
Letusan Gunung Anak Krakatau menciptakan kolom abu ke udara, dilihat dari Pulau Sertung. Dok: The Watchers

BANTEN, iNews.id - Observatorium Gunung Anak Krakatau menaikkan kode warna penerbangan menjadi oranye, menyusul meletusnya kembali Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kamis (3/2/2022), dan berlanjut pada Jumat (4/2/2022).

Sebelumnya, terakhir kali gunung berapi itu meletus pada periode 25 Mei hingga November 2021.

"Letusan baru gunung berapi Anak Krakatau, Indonesia, dimulai pada 3 Februari 2022, memaksa Observatorium Gunung Anak Krakatau menaikkan kode warna penerbangan menjadi Oranye," kata The Watchers seperti dikutip Sabtu (5/2/2022). 

Warna oranye berarti letusan gunung Anak Krakatau berpotensi membahayakan penerbangan, sehingga setiap pesawat harus menghindari kawasan di sekitar gunung tersebut.

Menurut The Watchers, letusan pada Kamis (3/2/2022) dimulai sekitar pukul 09:15 UTC atau sekitar pukul 16:15 WIB, dengan kolom gas abu-abu tebal yang mungkin mengandung abu vulkanik hingga setinggi 200 meter (655 kaki) di atas kawah dan melayang NE. 

"Ini sekitar 357 meter di atas permukaan laut," imbuhnya. 

Aktivitas seismik pada awal letusan itu dicirikan oleh tremor vulkanik yang terus menerus, dan letusan itu kemudian berlanjut sepanjang Kamis hingga Jumat (4/2/2022) dengan kolom letusan abu-abu putih tebal naik hingga 657 m dari permukaan laut (dpl)

Pada pukul 10:06 UTC atau 17:07 WIB tanggal 4 Februari, kolom erupsi naik hingga 1.157 m dpl, melayang E.

Aktivitas erupsi sporadis gunung Anak Krakatau diamati sejak akhir abad ke-20, yang berpuncak pada keruntuhan bawah laut yang besar dari gunung berapi itu yang menyebabkan tsunami mematikan pada 31 Desember 2018.

Gelombang tsunami itu merenggut nyawa sedikitnya 437 orang, melukai 10.059 orang, dan membuat 40.000 orang mengungsi.

Gunung berapi Krakatau terletak di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Sumatra. Runtuhnya bangunan leluhur Krakatau, mungkin pada tahun 416 M, membentuk kaldera selebar 7 kilometer (4,3 mil).

Sisa-sisa gunung berapi leluhur ini berada di Pulau Verlaten dan Lang, dan kemudian gunung berapi Rakata, Danan dan Perbuwatan terbentuk, bersatu untuk menciptakan Pulau Krakatau pra-1883. Keruntuhan kaldera saat Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883 menghancurkan gunung berapi Danan dan Perbuwatan dan hanya menyisakan sisa gunung api Rakata.

Letusan ini, yang terbesar ke-2 di Indonesia selama masa sejarah, menyebabkan lebih dari 36.000 kematian, sebagian besar akibat tsunami dahsyat yang menyapu garis pantai yang berdekatan di Sumatra dan Jawa. Gelombang piroklastik menempuh perjalanan 40 km (25 mil) melintasi Selat Sunda dan mencapai pantai Sumatra.

Setelah diam kurang dari setengah abad, kerucut pasca-runtuh Anak Krakatau dibangun di dalam kaldera tahun 1883 di titik antara bekas kerucut Danan dan Perbuwatan. Anak Krakatau telah menjadi lokasi letusan yang sering terjadi sejak tahun 1927. 

Editor : Rohman

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network