SUKMAJAYA DEPOK, iNews Depok.id – Caleg Perindo DPRD Depok Dapil Sukmajaya, Cut Afrida Yani menyebut telah membantu menebus 68 ijazah siswa di Sukmajaya Depok yang ditahan pihak sekolah. Ia mengkritik sistem zonasi karena jumlah sekolah negeri yang belum memadai.
Kritikan disampaikan Cut Afrida setelah mendapat banyak informasi dari masyarakat Sukmajaya, Depok.
”Banyak orang tua yang tidak bisa menebus izajah anaknya karena tak sanggup bayar biaya sekolah,” kata Cut Afrida Yani dalam wawancara dengan iNews Depok, Jumat (5/1/1024).
”Saya bantu 68 siswa sekolah di Sukmajaya yang ijazahnya ditahan pihak sekolah. Kasihan masa depan mereka kalau izajahnya sampai ditahan,” imbuhnya.
Siswa tersebut semuanya bersekolah di swasta. ”Sekolah swasta biaya pendidikannya lebih tinggi, banyak yang tak mampu membayar dan ijazahnya akhirnya ditahan,” terang Cut Afrida Yani.
Cut Afrida Yani menilai pemberlakuan zonasi belum saatnya dilakukan karena jumlah sekolah negeri belum cukup. Akibatnya banyak siswa tidak mampu yang terpaksa bersekolah di swasta dan terbentur biaya pendidikan yang tinggi.
”Kalau orang mampu bersekolah di swasta tak masalah, tetapi kalau yang tak mampu, ya jadi berat. Kasihan pendidikan dan masa depan mereka,” ujar Cut Afrida.
Menurut Cut, pemberlakuan sistem zonasi bisa dilakukan jika jumlah sekolah negeri memadai. Dengan demikian warga tak mampu bisa menyekolahkan anaknya mengingat biaya pendidikan di sekolah negeri lebih terjangkau.
”Ini jumlah sekolah negeri tak cukup kok sudah gaya-gayaan pakai sistem zonasi,” kritik Cut Afrida.
Cut Afrida juga menilai sistem zonasi membuat daya kompetitif siswa menurun. Dengan sistem zonasi, kini tak ada lagi sekolah favorit yang menjadi tolak ukur mutu akademis dunai pendidikan.
”Kalau dulu, masuk sekolah favorit nilai ujiannya harus tinggi. Ini memacu anak-anak untuk berjiwa kompetitif jika ingin masuk sekolah favorit,” ungkap Cut Afrida.
Saat ini dengan sistem zonasi juga muncul kasak-kusuk banyak kalangan agar siswa tertentu bisa masuk sekolah.
”Pokoknya banyak kisruh dan kasak-kusuk. Ini tidak baik bagi dunia pendidikan,” ceplos wanita berdarah Aceh kelahiran Belawan Sumatera Utara ini.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait