Bahkan menurut seniman Sliman Mansour kepada The National pada 2021, pada tahun 1980 pejabat Israel menutup pameran di 79 galeri di Ramallah karena mendeteksi adanya penggunaan ketiga warna bendera nasional Palestina.
"Mereka mengatakan kepada kami bahwa melukis bendera Palestina dilarang, begitu pula melukis dengan warna bendera itu. Jadi Issam (seniman Issam Badrl) bertanya, 'Bagaimana jika saya membuat bunga merah, hijau, dan putih?', petugas itu menjawab dengan marah 'Akan disita. Bahkan jika Anda melukis semangka, itu akan disita'," ujarnya.
Pada tahun 1993 setelah ada Kesepakatan Oslo (Oslo Accords) larangan terhadap bendera Palestina dicabut. Kesepakatan Oslo mensyaratkan pengakuan bersama oleh Israel dan organisasi pembebasan Palestina, yang menjadi perjanjian formal Israel-Palestina pertama yang mencoba menyelesaikan konflik kedua wilayah selama beberapa dekade.
Bendera Palestina dianggap mewakili otoritas Palestina yang akan mengelola Gaza dan wilayah Tepi Barat. Melansir New York Times mengulas peran semangka sebagai simbol selama pelarangan bendera.
"Di Jalur Gaza, di mana para pemuda pernah ditangkap karena membawa irisan semangka yang menunjukkan warna merah, hitam, putih, dan hijau, tentara hanya berdiam diri, dengan sikap bosan, saat prosesi pengibaran bendera yang pernah dilarang berlangsung," seperti dilansir dari Times.
Selanjutnya, pada tahun 2007 ketika peristiwa Intifada Kedua, penggunaan semangka sebagai simbol Palestina juga merebak. Simbol semangka sebagai perlawanan ini juga digunakan seniman Khaled Hourani melalui The Story of the Watermelon untuk sebuah buku berjudul Subjective Atlas of Palestine pada 2007.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait