JAKARTA, iNewsDepok.id – Sandiwara radio seperti “Saur Sepuh”, “Misteri Gunung Merapi” sempat booming di tahun 80-90an. Dan tokoh-tokoh seperti “Brama Kumbara”, “Mantili” ataupun “Mak Lampir” juga begitu dikenal masyarakat kala itu.
Ya, sebelum kemajuan teknologi dan era digital saat ini, sandiwara radio masih menjadi satu-satunya hiburan audio. Ditambah lagi, saat itu televisi (hiburan audio dan visual) juga masih menjadi barang yang mewah untuk sebagian masyarakat.
Tak diduga, pandemi kemarin dimana membuat masyarakat harus stay di rumah, menimbulkan kreativitas sendiri di kalangan masyarakat.
Menemani dan menghibur masyarakat yang harus tinggal di rumah, Titimangsa Foundation, wadah yang bergerak dengan konsentrasi pada beragam minat yang berhubungan dengan karya sastra, kepenulisan, dan seni peran atau seni pertunjukan (teater), merilis drama audio.
Di tahun 2020, bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI), Titimangsa merilis Sandiwara Sastra Musim Pertama terdiri dari 10 episode yang mengadaptasi 10 karya sastra Indonesia, yakni Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, novel Helen dan Sukanta karya Pidi Baiq, cerita pendek (cerpen) Kemerdekaan karya Putu Wijaya, cerpen Menunggu Herman karya Dee Lestari, cerpen Berita dari Kebayoran karya Promoedya Ananta Toer, novel Lalita karya Ayu Utami, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen Persekot karya Eka Kurniawan, novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, dan novel Orang-orang Oetimu karya Felix K. Nesi.
Pada tahun 2021, Sandiwara Sastra yang merupakan sebuah siniar (podcast) program unggulan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) tersebut, mendapat penghargaan dari Podcast Awards 2021 untuk kategori drama audio.
Melihat kesuksesan tersebut, tahun ini, Kemendikbudristek bersama dengan Titimangsa dan Kawan-Kawan Media, merilis 10 episode drama audio sebagai Sandiwara Sastra Musim Kedua bertema ‘Misteri Nusantara’, di kantor Kemendikbudristek RI, pada Senin (30/10/2023).
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, pada kesempatan ini mengapresiasi peluncuran Sandiwara Sastra Musim Kedua. Menurutnya, konten-konten di dalam siniar ini dapat digunakan oleh orangtua dan juga guru dalam menceritakan kembali cerita-cerita rakyat Nusantara.
“Saya sangat mengapresiasi semua tim yang tidak hanya terus membuat karya baru, tetapi juga mencari cara-cara baru dalam berkarya. Dengan mengalihwahanakan sastra ke dalam audio, Sandiwara Sastra tidak hanya kreatif, tetapi juga memiliki unsur edukatif yang bisa digunakan oleh orangtua atau guru untuk memperkenalkan cerita-cerita rakyat Nusantara kepada anak-anak dan murid-murid kita,” ucap Mendikbudristek pada peluncuran Sandiwara Sastra Musim Kedua.
Selaras dengan hal tersebut, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek RI, Ahmad Mahendra, mengatakan bahwa saat ini, sastra menempati posisi penting dalam pemajuan kebudayaan dan pembentukan karakter bangsa.
Untuk itu, kata Mahendra, Kemendikbudristek memiliki misi pemajuan kebudayaan dan pembentukan karakter salah satunya melalui peningkatan literasi dan program sandiwara sastra.
Editor : Mahfud
Artikel Terkait