Hal sama diungkapkan Leny Dessy Siregar yang juga mantan anggota NII. Saat rekrutmen anggota, kelompok radikal mulai menggunakan metode menafsirkan ayat-ayat pada kitab suci yang telah disesuaikan dengan tujuan terselubung mereka.
"Mereka menafsirkan isi kitab suci sesuai dengan versi mereka," tutur Leny Dessy Siregar
Untuk mencegah dan mempersempit kelompok radikal mempengaruhi dan mencuci otak masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) melakukan berbagai terobosan. Salah satunya melakukan penguatan daya tangkal masyarakat terhadap ideologi radikalisme dengan program Desa Siapsiaga di Desa Kebonpedes, Kecamatan Kebonpedes Kabupaten Sukabumi.
Tujuannya muncul kewaspadaan masyarakat desa terhadap proses rekrutmen dan pendanaan kelompok terorisme dan radikalisme.
"Dalam melihat tindak pidana terorisme dan kelompok radikal kita harus pahami dan mewaspadai juga proses perekerutan dan pendanaan kelompok radikal," jelas Kepala Sub Direktorat Kesiapsiagaan dan Pengendalian Krisis pada Direktorat Penindakan Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT RI, Kolonel Inf Indra Gunawan yang diwakili Kepala Seksi Kesiapsiagaan, Nurul Huda Syufi Prabowo.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait