"Tidak seperti masa lalu di mana umumnya organisasi masyarakat sipil dan pemerintah berada di kutub yang berseberangan," imbuh Rusdin.
Sementara itu, Lily Noviani Batara juga sependapat, terlebih Bina Desa memiliki cita-cita luhur di mana Komunitas Swabina Pedesaan (KSP atau kelompok masyarakat pedesaan) yang juga datang dari kelompok minoritas dan marjinal, mampu menyuarakan kondisi yang tidak memihak kepada mereka.
"Tetapi tantangannya, apakah KSP ini terlibat dalam musrenbangdes dan mereka bisa menjadi pengambil keputusan di desa? Karena ketika KSP mampu berada dalam forum-forum ini, terutama perempuan, anak muda, petani dan nelayan kecil, dan masyarakat marjinal desa, pembangunan pemerintah akan merata dan tepat sasaran," kata Lily.
Sementara proses-proses pengorganisasian di desa yang dilakukan oleh KSP atau pendamping desa, tanpa proses pengorganisasian yang solid maka yang akan mengambil ruang ini adalah elit desa dan apa yang tertuang dalam UU Desa tidak akan dapat terlaksana.
“Sejatinya, Desa adalah tempat di mana kita belajar, bukan hanya tentang alam tapi juga seluruh kehidupan (manusia dan alam). Perlu kita ingat bersama, desa adalah sumber kehidupan maka harus kita jaga.“ Ucap Lily.
Sebagai penutup, turut hadir dalam kesempatan tersebut salah satu seniman musik rock legendaris, Roy Jeconiah (Jecovox Band), yang menyediakan diri mendukung dan menyemangati peserta diskusi yang hadir baik secara luring maupun daring.
Editor : M Mahfud
pembangunan pedesaan DESA Bina Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Kemendes PDTT Kemendes marjinal sejarah berdirinya Bina Desa thailand orde baru reformasi agraria Kesetaraan Gender UU desa ASEAN Komunitas Swabina Pedesaan KSP Masyarakat Marjinal Roy Jeconiah Jecovox Band
Artikel Terkait