Pittas mengatakan saat kita mencoba mencegah kondisi tertentu seperti penyakit kardiovaskular atau diabetes, kita mungkin perlu memberi lebih dari dosis Vitamin D yang biasa.
“Namun secara umum, diyakini bahwa lebih baik mengonsumsi Vitamin D setiap hari daripada tidak setiap hari, karena paparan terus-menerus pada dosis sedang dianggap lebih fisiologis daripada paparan intermiten pada dosis tinggi,” ujarnya.
Tapi tentu saja terlalu banyak juga dapat merusak. Klinik Mayo mengatakan konsumsi 60.000 IU Vitamin D setiap hari selama beberapa bulan telah terbukti menyebabkan keracunan.
Pada akhirnya, Pittas menekankan bahwa tidak mungkin menarik kesimpulan umum tentang Vitamin D dan populasi umum dari studi tunggal ini. Rasio manfaat-ke-risiko untuk Vitamin D tergantung pada populasi target, kondisi medis mereka, dan perbedaan antara "pengobatan" dan "suplementasi".
Sebaiknya kita juga mengetahui bagaimana tanda-tanda seseorang kekurangan Vitamin D. Seseorang bisa mendapatkan cukup Vitamin D dari sumber alami seperti makanan tertentu, yang menurut Harvard T.H. Chan School of Public Health, juga sinar matahari.
Berdasarkan UCLA Health, Institute Kesehatan Nasional memperkirakan 1 di antara 4 orang dewasa Amerika tidak mendapatkan cukup Vitamin D. Menurut Universitas Nebraska-Lincoln jika memiliki tanda-tada kekurangan Vitamin D, maka penting untuk berkonsultasi ke dokter.
Adapun tanda-tanda kekurangan Vitamin D seperti seperti kelelahan, tidak tidur nyenyak, sakit atau nyeri tulang, depresi atau merasa sedih, rambut rontok, kelemahan otot, kehilangan nafsu makan, mudah sakit dan kulit pucat.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait