HESSEN, iNewsDepok.id – Pelajar Indonesia di Jerman dibekali seni negosiasi. Tujuannya untuk mengatasi konflik dan membangun hubungan yang baik dengan berbagai pihak.
Pelatihan seni negosiasi dilakukan langsung Konjen RI di Frankfurt, Acep Somantri.
Selain seni negosiasi, pelajar Indonesia di Jerman juga dilatih seni kepemimpinan oleh Atase Kepolisian KBRI Berlin Kombes Pol Shinto Silitonga.
Pelatihan Seni Negosiasi dan Kepemimpinan berlangsung di Ferien Dorf, Herbstein di Negara Bagian Hessen, Jerman pada Sabtu-Minggu (13-14/05/2023).
Pelatihan Latihan Dasar Kepemimpinan ini diselenggarakan Pehimpunan Pelajar Indonesia di Jerman atau Die Vereinigung Indonesischer Studenten.
Konjen RI di Frankfurt, Acep Somantri menekankan tentang pentingnya peserta LDK untuk memiliki dan melatih keterampilan bernegosiasi dalam menjalani kegiatannya sebagai mahasiswa di Jerman.
“Negosiator unggul itu ada bukan karena dilahirkan namun karena dilatih sehingga dapat memiliki karakter yang kreatif, empatik dan selalu berorientasi membangun hubungan yang baik dengan berbagai pihak,” kata Acep seperti dalam rilis yang diterima iNews Depok.
Menurut Acep, para pelajar tentu saja berhadapan dengan beragam konflik dalam aktivitasnya sehari-hari. Itu terjadi tidak saja di tempat kuliah juga di tempat kerja sehingga tentu saja teknik-teknik dasar bernegosiasi penting untuk dimiliki.
“Hindari sikap arogan, menghina lawan, menggunakan kekerasan, show off pribadi atau bahkan marah, karena pasti hal tersebut akan merugikan diri sendiri dalam bernegosiasi,” tegas Acep.
Acep kemudian berbagi pengalaman tentang bagaimana diplomasi kesehatan dapat dijalankannya ketika menjabat sebagai Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Kementerian Kesehatan pada periode 2017-2020 lalu.
“Kompetisi dengan banyak negara untuk mendapatkan akses dan distribusi vaksin ketika awal pandemik Covid-19 menjadi pertaruhan negosiasi dan diplomasi kesehatan yang besar bagi Indonesia untuk bisa mengatasi krisis kesehatan dunia tersebut, dan hasilnya Indonesia bisa mendapatkan vaksin secara berkelanjutan sehingga dapat mencapai kekebalan komunal,” kata Acep.
Dalam mempersiapkan diri untuk bernegosiasi, Acep bahkan harus belajar mendalam tentang hal-hal teknis berkaitan vaksin dan kesehatan global yang memang bukan menjadi disiplin ilmunya sejak awal berkarir di Kementerian Luar Negeri 25 tahun yang silam.
Kombes Shinto Silitonga Ingatkan Filosofi Kepempimpinan Ki Hajar Dewantoro
Materi berikutnya untuk pelatihan LDK bagi pelajar Indonesia di Jerman adalah seni kepemimpinan yang dibawakan Atase Kepolisian Kombes Pol Shinto Silitonga.
Kombes Shinto mengawalinya dengan filosofi kepemimpinan nasional dari Ki Hadjar Dewantara. ”Beliau adalah tokoh pendidikan Indonesia dengan filosofi Tut Wuri Handayani, Ing Madyo Mangun Karso dan Ing Ngarso Sung Tuludo,” jelas mantan Kabid Humas Polda Banten dan Kapolres Gowa ini.
“Seorang pemimpin harus menjadi contoh bagi anggotanya, dapat menjadi mitra yang egaliter dan memotivasi dari belakang untuk kemajuan bersama,” tambahnya.
Kepemimpinan, menurut Shinto harus dilatih mulai dari memimpin diri sendiri, apalagi sesuai data dari DAAD, tiap tahun ada lebih dari 40% mahasiswa asing yang alami kegagalan dalam menuntaskan pendidikannya di Jerman akibat shock culture.
“Kuliah dan bekerja di Jerman tentu menjadi added value dibanding mahasiswa dan pekerja lain, sehingga latihan memimpin diri sendiri menjadi modal kuat untuk berhasil tidak hanya dalam proses adaptasi namun juga dalam menghadapi pendidikan dan permasalahan dalam pekerjaan masing-masing,” tegas Shinto.
Shinto juga berbagi pengalaman ketika memimpin hampir 1.000 polisi di Polres Gowa pada 2017. Hanya dalam 1 tahun persiapan, kemudian berhasil menjadi satu-satunya Polres di Polda Sulawesi Selatan yang mendapat predikat Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (ZI-WBK) pada Desember 2018.
“Pendekatan informal, belajar dengan pola simulasi, bangun team work yang solid, menjadi kunci keberhasilan dalam memainkan kepemimpinan di Gowa ketika itu,” jelas Shinto.
Pasca materi dari narasumber, peserta antusias untuk bertanya dan mendalami dengan studi kasus yang mereka hadapi. Panitia membatasi pertanyaan hanya pada 4 peserta mengingat padatnya rangkaian acara yang telah disusun.
Pada bagian akhir, peserta mendapat Koja Baduy yang telah dipersiapkan nara sumber sebagai sarana sosialisasi dan promosi budaya Suku Baduy Banten bagi tiap peserta ketika beraktivitas di kampus, di tempat kerja dan dalam kegiatan sehari-harinya.
Dimas Fakhri Arsaputra, Ketua PPI Jerman menyatakan LDK LDK tahun ini merupakan kegiatan yang kedua kali. Sebelumnya dilaksanakan pada Mei 2022 lalu, diikuti 80 peserta baik mahasiswa, student college dari ausbildung se-Jerman.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait