Pemerintah Jangan Ada Wacana Impor Beras Awal Tahun 2022

TIm iNews
Ilustrasi. Foto: Okezone

JAKARTA, iNews.id –  Research Associate Core Indonesia Dwi Andreas mengatakan, kenaikan harga kebutuhan pokok seperti beras, cabai, telur, daging ayam, dan minyak goreng hanya akan berlangsung sementara. 

“Kenaikan bahan pokok ini sudah di atas batas psikologis, seperti harga cabai di atas Rp100 ribu per kg, lalu minyak goreng curah yang telah naik dari Rp11 ribu menjadi Rp18 ribu per liter, harga telur yang lonjakannya tinggi di atas Rp30 ribu per kg.  Ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Yang penting bagaimana harga tinggi di tingkat konsumen tertransformasi dengan baik ke petani,” jelasnya, Rabu (29/12/2021).

Andreas mengatakan, kenaikan harga cabai sesuai siklus. Pada iklim kemarau basah seperti Desember, harga cabai pasti naik dan puncaknya di Januari. Harga cabai kemudian akan turun di bulan Februari.  

“Ketika harga cabai hancur sebelumnya, petani tidak untung karena mereka gagal panen juga. Sehingga saat ini petani sedang menikmati harga tinggi, tapi bukan untung besar.  Yang penting transformasi harganya harus bagus. Laporan yang kami terima, harga cabai keriting di tingkat petani mencapai Rp80 ribu per kg," kata Andreas. 

Kenaikan harga telur ayam juga sesuai siklus yang biasanya naik hingga Januari, kemudian akan turun harganya hingga April, dan naik kembali di bulan Juli dan Agustus. Lalu turun lagi harganya hingga September.  

"Karena siklus telur dan daging ayam terbaca, seharusnya bisa diantisipasi," kata Andreas. 

Andreas lebih mengingatkan pemerintah untuk menjaga agar tidak terjadi gejolak harga beras pada awal tahun 2022 mendatang.

Hal ini karena kenaikan harga gabah sudah agak tinggi, dari Rp4.800 di bulan November menjadi Rp5.130 di bulan Desember pada tingkat harga petani.

 "Ada kemungkinan harga gabah melonjak tinggi di Januari dan berakibat harga beras tinggi," kata Andreas.  

Andreas mengatakan, stok beras Bulog relatif lebih rendah dari stok aman. Saat ini stok beras Bulog kurang dari 900 ribu ton, seharusnya stok aman sebesar  1,5 juta ton.

"Saya mohon pemerintah jangan ada wacana impor, biarkan petani menikmati harga yang relatif menguntungkan mereka. Kalau pemerintah memutuskan impor saat ini bisa kacau harga di petani kalau impor beras bertepatan dengan panen raya," kata Andreas.

 

Editor : Ikawati

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network