Banyak hal yang didapatkan dari melakukan pengurutan seluruh genom atau whole genom sequencing pada manusia. Salah satunya adalah pengobatan yang dipersonalisasi atau 'Personalize Medicine dan Treatment'.
Dr. Ivan mengibaratkan, misal ada 10 orang yang ingin makan nasi Padang. "Kalau saya sudah tahu, misal hanya ada 3 orang saja yang suka sambal merah, jadi saya tak usah pesan 10 sambal merah. Saya bisa langsung pesan, 3 saja yang sambal merah. Jadi, cepat dan efektif karena sesuai dengan orang-orangnya alias sudah di 'Personalize'," ujarnya menyederhanakan.
Prof. dr. Herawati Sudoyo, M.S, Ph.D., Ketua Pengawas Asosiasi Genomik Indonesia yang juga salah satu inisiator AGI mencontohkan untuk penyakit diabetes.
"Sebagai penyakit kedua terbanyak setelah kanker, penyakit diabetes tidak hanya disebabkan oleh satu gen saja. Karena banyak penyertanya. Diabetes disertai kebutaan, diabetes disertai kelumpuhan, diabetes disertai gagal ginjal, dan ada pula diabetes disertai neuropati. Itu gennya tidak sama. Masing-masing ada bagian sub tipe gennya dan kita cari. Itu kita teliti. Jadi dengan ilmu genomik kita bisa berikan gambaran ini lho gen sub tipe diabetes kebutaan, diabetes gagal ginjal, dan lainnya," urai Prof. Hera.
Tak hanya untuk manusia, dalam perkembangannya, ilmu genomik juga memungkinkan untuk mempelajari keanekaragaman gen dari suatu populasi tanaman dan organisme lainnya.
Dengan tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia, penerapan ilmu genomik yang tepat dapat mengungkapkan kekayaan genetik biodiversitas di Indonesia.
Perkembangan ilmu genomik sendiri masih minim diketahui oleh masyarakat Indonesia.
Genomik merupakan studi tentang seluruh genome dari suatu organisme. Ilmu genomik memiliki fokus terhadap gen-gen yang dimiliki oleh makhluk hidup, baik itu tumbuhan, hewan ataupun manusia dan juga epigenetic.
Turut hadir dalam acara peresmian, Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt, M.Pharm, MARS, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI.
Dalam sambutannya, beliau menyampaikan dukungan Kementerian Kesehatan pada Perkumpulan Asosiasi Genomik Indonesia.
"Hal ini sejalan dengan 6 pilar transformasi kesehatan yang dicanangkan pemerintah untuk tahun 2020-2024. Yaitu; Transformasi Layanan Primer, Transformasi Layanan Rujukan, Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan, Transformasi SDM Kesehatan, dan Transformasi Teknologi Kesehatan. Keenam pilar tersebut tidak dapat dipisahkan. Pilar keenam, Transformasi Teknologi Kesehatan adalah bagaimana menciptakan kedokteran presisi yaitu ketepatan diagnosis sehingga kontribusi terhadap pencegahan penyakit dan skrining penyakit lebih tinggi," tutup Dr. Lucia.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait