Christa Wongsodikromo: Tiap Kali Gunakan Budaya Jawa, Kakeknya Digetok Belanda di Suriname (1)

Tama
Christa Wongsodikromo, WN Belanda keturunan Jawa-Suriname tengah berada di Indonesia untuk mengobati kerinduan kakek buyutnya asal Wonogiri Jawa Tengah yang diculik Belanda dan dijadikan budak perkebunan di Suriname. Foto: Tama/iNews Depok.

JAKARTA, iNewsDepok.idChrista Wongsodikromo (29 tahun) seorang Warga Negara Belanda keturunan Suriname Jawa. Ia menempuh perjalanan ke Indonesia untuk mengobati luka leluhurnya yang diculik Belanda untuk dijadikan budak perkebunan di Suriname, Amerika Selatan tahun 1930. 

Christa adalah generasi keempat keturunan Jawa-Suriname.  iNews Depok bertemu dengan Christa di kawasan wisata Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat, Minggu (13/11/2022).

Ia ditemani rekan Indonesianya sesama wanita, Vanial Aulia Kurniawan. Di kawasan wisata Kota Tua Jakarta inilah, ia bisa merasakan jejak Belanda di Indonesia. Jejak yang mengingatkan padanya akan kekejaman Belanda menculik leluhurnya dan dipaksa menjadi budak perkebunan di Suriname, negara di Benua Amerika, bekas jajahan Belanda.

Christa dilahirkan dari seorang ibu yang berasal dari Belanda  di Belanda pada 25 Desember 1993. Ayahnya berdarah  Suriname Jawa. Ia hingga kini menyandang nama leluhurnya yang merupakan orang Jawa, Wongsodikromo.

Kulitnya tak beda jauh dengan orang Indonesia kebanyakan, kecoklatan. Hanya postur dan wajahnya mewarisi ibunya dari Belanda. 

Para pedagang di Glodok tak mengenalinya sebagai orang Belanda. Para pedagang menawari barang dagangannya ke Christa dalam bahasa Indonesia. Padahal Christa tak bisa bahasa Indonesia dan Jawa.

Perjalanan dilanjutkan ke selasar pusat kuliner Tionghoa di Pecinan Glodok. Karena kebetulan Christa juga menyukai kopi, kami bertiga melangkahkan kaki ke Kedai Es Kopi Tak Kie yang terkenal legendaris berjualan sejak tahun 1927.

"Gimana kalau kita ngopi di Kedai Tak Kie aja," ujar Vanial yang rupanya juga memiliki garis keturunan Tionghoa.

Namun malang, setibanya langkah kaki terhenti di depan kedai. Warung kopi legendaris itu rupanya tutup. Hingga akhirnya kami memilih warung kopi di tepi jalan.

Editor : M Mahfud

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network