"Saya kenal Pak Anies. Dalam melakukan sesuatu, dia lebih mengutamakan mental. Karena itu selama dia memimpin, Jakarta relatif lebih "tenang", tidak seperti pada kepemimpinan sebelumnya," kata dia.
Sementara Direktur Sinergi Generasi Muda (Sigma) Indonesia, Hendra Setiawan, mengakui, penunjukkan PJ rentan intervensi kepentingan politik, baik Pilpres maupun Pilkada 2024. Karenanya, ketentuan dalam UU bahwa PJ gubernur merupakan pejabat yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) madya harus diperjelas apakah dari internal Pemprov DKI atau Kemendagri.
Dalam FGD yang dikoodinatori Ghea Hermansyah dan dikatalisatori Adjie Rimbawan dan Jim Lomen Sihombing itu, para narasumber maupun peserta, sependapat bahwa PJ gubernur DKI Jakarta sebaiknya adalah figur yang paham tentang permasalahan Jakarta dengan segala lika-likunya.
Karena itu, mereka juga sepakat bahwa PJ gubernur DKI Jakarta hendaknya berasal dari lingkungan Pemprov DKI Jakarta (internal).
Seperti diketahui, di tangan Anies, wajah Jakarta tampil beda, karena menjadi lebih cantik dan lebih indah dengan penataan trotoar yang lebih lebar, taman-taman yang tertata dengan baik, moda transportasi yang diintegrasikan, sehingga tak lagi terlihat angkutan umum yang mangkal di tepi jalan, dan jembatan penyeberangan orang (JPO) yang beberapa diredesain menjadi spot-spot yang Instagramable sebagaimana JPO di Jalan Sudirman dan perempatan Senen.
Selain itu, Anies mampu membangun Jakarta International Stadium (JIS) yang digadang-gadang bakal menjadi ikon baru Jakarta, sukses menyelenggarakan Jakarta E-Prix 2022, dan lain sebagainya.
Anies juga tampil sebagai gubernur untuk semua umat beragama, sehingga tak ada penganut agama yang merasa diperlakukan berbeda, tidak seperti ketika Jakarta dipimpin Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok misalnya, yang membuat Ahok berkali-kali didemo umat Islam karena kebijakan-kebijakan yang dinilai tak ramah terhadap Islam.
Editor : Rohman
Artikel Terkait