DEPOK, iNewsDepok.id - DPP Dharmapala Nusantara Forum Aktivis Buddhis Bersatu (FABB) meminta pemerintah untuk menutup stupa Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, dari kunjungan wisatawan.
Permintaan itu disampaikan sebagai respon atas kebijakan pemerintah yang berencana menaikkan tarif naik ke stupa Candi Borobudur menjadi Rp750 ribu per orang untuk wisatawan domestik, dan US$100 (setara dengan Rp1,45 juta dengan kurs Rp1.450/dolar AS) untuk wisatawan mancanegara (Wisman).
Belum jelas kapan tarif baru itu diberlakukan, tetapi penolakan masyarakat, terutama pengunjung Candi Borobudur, atas rencana itu membuat pemberlakuannya ditunda.
Dharmapala Nusantara FABB melihat rencana itu dari dua aspek, yakni Candi Borobudur sebagai obyek arkeologi dan Candi Borobudur sebagai objek religi.
Kevin Wu, ketua umum DPP Dharmapala Nusantara FABB, menjelaskan, sebagai objek arkeologi, Candi Borobudur yang didirikan pada tahun 750 Masehi saat ini telah menginjak usia 1.272 tahun.
"Candi itu disusun dengan menggunakan lebih dari 2 juta balok batu andesit atau setara 50.000 meter persegi, sementara berat keseluruhan candi mencapai sekitar 3,5 juta ton," katanya seperti dikutip dari siaran tertulisnya, Kamis (9/6/2022).
Ia menambahkan, tanpa berat pengunjung di atasnya, struktur Candi Borobudur sebenarnya sudah sangat rapuh. Sementara berdasarkan jurnal yang ditulis Isni Wahyuningsih dari Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, dalam setahun Candi Borobudur mendapat tambahan beban dari 2 juta pengunjung yang berjalan-jalan di atasnya, atau rata-rata 5 ribu orang per hari.
Beban ini belum ditambah oleh ulah nakal pengunjung yang melakukan vandalism seperti memanjat stupa dan dinding candi, mengeser posisi batu, coret-coret, mengores, membuang sampah, termasuk permen karet.
Dari aspek Candi Borobudur sebagai objek religi, lanjut Kevin, Candi Borobudur merupakan obyek ritual bagi umat Buddha Indonesia dan dunia, karena candi ini merupakan visualisasi dari kitab suci Tripitaka dalam bentuk relief-reliefnya, sebut saja kitab Karmavibanga, Jataka - Avadana, Lalitavistara, dan Gandhavyuha. Ada pula aliran tertentu yang memperlakukan Candi Borobudur sebagai “Mandala” atau sebuah arca yang batas-batasnya telah ditentukan atau semacam pagar suci.
Sebagai bangunan tunggal, jelas Kevin, “Mandala Borobudur” merupakan perpaduan antara Garbhadhatu Mandala dan Vajradhatu Mandala yang bisa dilihat dari bentuk teras lingkar yang berada pada tingkat Arupadhatu.
Selain itu, keberadaan arca Dhiyani Buddha dengan simbol sikap tangan (mudra), merupakan doktrin dari Vajradhatu Mandala yang biasa disebut Karma Mandala.
"Karenanya, jika ditinjau dari aspek arkeologi maupun situs ritual keagamaan, Stupa Candi Borobudur seharusnya tidak lagi terbuka untuk dinaiki oleh wisatawan, kecuali rohaniawan yang bermaksud melakukan ritual, arkeolog yang akan penelitian ilmiah, atau pimpinan dunia untuk diplomasi antarbangsa," katanya.
Untuk wisatawan yang bertujuan melancong, tegas Kevin, hendaknya menikmati keindahan Candi Borobudur dari bawah stupa, tanpa menginjak dan merusak karya agung yang tidak tergantikan itu.
"Kami juga meminta kepada pemerintah dan pengelola, selain memberi keistimewaan bagi para pelajar, juga disediakan fasilitas khusus bagi umat Buddha yang ingin melakukan ritual keagamaan di sana. Bayangkan jika ada bangunan suci suatu agama, tetapi umat penganutnya diperlakukan sebagai tamu di sana. Padahal, seharusnya sebagai tuan rumah," kata Kevin.
Seperti diketahui, rencana penaikan tarif naik ke stupa Candi Borobudur pertama kali dikemukakan oleh Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ketika melaksanakan rapat koordinasi dan peresmian DPSP Borobudur sebagai destinasi ramah lingkungan dan berkelanjutan, Sabtu (4/5/2022).
"Kami juga sepakat dan berencana untuk membatasi kuota turis yang ingin naik ke Candi Borobudur sebanyak 1.200 orang per hari, dengan biaya US$100 untuk wisman dan turis domestik sebesar Rp750.000. Khusus untuk pelajar, kami berikan biaya Rp5.000 rupiah saja," kata Luhut seperti dikutip dari laman Instagram-nya.
Candi Borobudur merupakan salah satu destinasi andalan Kabupaten Magelang dan Pemprov Jawa Tengah. Usianya yang tua, bentuk bangunannya yang megah dan unik, serta unsur religinya yang kuat membuat candi itu memiliki daya tarik luar biasa yang mampu menyedot wisatawan untuk datang.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang menyebutkan, jumlah kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur pada tahun 2018 sebanyak 3,66 juta orang, naik menjadi 3,75 juta oramg pada tahun 2019, tetapi turun menjadi 965.699 orang pada 2020 akibat kemunculan Pandemi Covid-19 dan pemerintah melakukan oembatasan-pembatasan, termasuk pembatasan kunjungan ke lokasi-lokasi wisata.
Akibatnya, pada tahun 2021 hingga awal 2022, kawasan Candi Borobudur mengalami buka tutup mengikuti kondisi pandemi Covid-19.
Kawasan ini baru mulai dibuka kembali untuk umum pada libur Lebaran tahun ini (akhir April - pekan pertama Mei 2022) dengan peningkatan jumlah pengunjung cukup signifikan terjadi pada Lebaran hari kedua atau pada 3 Mei 2022 yang mencapai 16.537 pengunjung, sedang pada Lebaran hari pertama atau 2 Mei 2022, pengunjung hanya 6.785 orang.
Jumlah pengunjung meningkat lagi pada 4 Mei 2022 sebanyak 27.332 orang dan mencapai puncaknya pada 5 Mei 2022 dengan pengunjung mencapai 31.089 orang.
Dari jumlah itu, 31.050 orang di antaranya merupakan wisatawan domestik dan 39 orang wisatawan mancanegara.
Editor : Rohman