Tak Sekadar Pembiayaan, Amartha Menggerakkan Ekonomi Akar Rumput dan Berdayakan Perempuan Pedesaan

JAKARTA, iNews Depok.id - Di tengah gemuruh perkembangan ekonomi digital, ada satu entitas yang dengan gigih merajut asa di pelosok negeri, menyentuh denyut nadi perekonomian akar rumput: Amartha. Lembaga keuangan mikro ini bukan sekadar menyalurkan modal, melainkan menjadi jembatan harapan bagi jutaan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di pedesaan Indonesia.
Sebuah pencapaian membanggakan terukir, dimana Amartha berhasil mencatatkan pembiayaan yang melampaui Rp 28 triliun. Angka fantastis ini bukan hanya sekadar deretan nominal, namun representasi dari kepercayaan yang diberikan kepada lebih dari 2,8 juta mitra UMKM, yang hampir seluruhnya beroperasi di wilayah pedesaan. Hebatnya lagi, kualitas pembiayaan tetap terjaga dengan Non-Performing Loan (NPL) yang stabil di kisaran 2 persen, sebuah indikator pengelolaan risiko yang prima.
Hal itu diungkapkan oleh Harumi Supit, PV Public Relations of Amartha saat media briefing kinerja Amartha selama 2024 pada Rabu, 19 Maret 2025 di Rumah Wijaya, Melawai, Jakarta Selatan.
Dalam kesempatan ini, Harumi pun menjelaskan tentang jejak langkah Amartha yang membentang luas, menjangkau lebih dari 50.000 desa di berbagai penjuru Indonesia, mulai dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali, hingga Nusa Tenggara. "Ke depan, fokus ekspansi akan semakin mengarah ke Indonesia Timur, wilayah yang menyimpan potensi besar untuk dikembangkan," ucap Harumi.
Lantas, sektor mana saja yang menjadi tulang punggung pergerakan ekonomi melalui Amartha? Data tahun 2024 menunjukkan bahwa sebagian besar mitra bergerak di sektor toko kelontong, disusul oleh sektor pertanian yang menyumbang hampir 20 persen, serta beragam industri rumah tangga yang kreatif dan ulet.
Kisah inspiratif dari Bu Halimah adalah salah satu dari jutaan potret keberhasilan yang ditorehkan Amartha. Di usia 38 tahun, ibu dari lima anak yang semuanya masih bersekolah ini menjalankan usaha ternak dan jual beli cacing.
Bergabung dengan Amartha sejak tahun 2017, Bu Halimah memanfaatkan modal yang diperoleh untuk membeli bibit dan mengembangkan usahanya. Sebelum pandemi, ia bahkan menjadi pengepul cacing. Permintaan cacing yang tinggi, baik untuk kebutuhan memancing maupun industri farmasi, memberikan keuntungan yang signifikan. Dengan margin Rp 3.000 per kilogram dan omzet mencapai 300 kg per minggu, usaha Bu Halimah berkembang pesat, membuktikan bahwa akses permodalan yang tepat, dapat mengubah roda kehidupan.
Keberlanjutan Amartha sebagai sebuah bisnis tak lepas dari strategi pendanaannya yang sangat terdiversifikasi. Lebih dari 60 persen pendanaan berasal dari bank dan institusi, sementara porsi retail lender tidak sampai 40 persen. Model bisnis ini tidak hanya sustainable secara finansial, tetapi juga memiliki dampak sosial yang kuat, terutama dalam mendorong pemberdayaan perempuan. Lebih dari 2,3 juta mitra yang tersebar di lebih dari 50.000 desa ini menerima pembiayaan dengan rata-rata awal mulai dari Rp 5 juta.
Salah satu prinsip mendasar yang dipegang teguh oleh Amartha adalah pentingnya pendampingan di lapangan. Mereka menyadari bahwa UMKM di pedesaan membutuhkan lebih dari sekadar modal; bimbingan dan dukungan berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan. Lebih dari 9.000 tenaga lapangan Amartha hadir di tengah-tengah masyarakat, memberikan pendampingan yang personal dan relevan dengan kondisi lokal.
Setelah mencatatkan profit selama empat tahun berturut-turut, termasuk laba yang aman di tahun 2024, Amartha terus menatap masa depan dengan optimisme. Fokus ke depan adalah pada permodalan dan akses pendanaan yang lebih luas. Langkah strategis pun diambil dengan moving beyond peer-to-peer (P2P) lending melalui peluncuran AmarthaFin di awal tahun ini.
"AmarthaFin hadir sebagai inovasi yang memungkinkan masyarakat luas untuk turut berpartisipasi dalam memberdayakan UMKM. Dengan menyisihkan dana mulai dari Rp 10.000, pengguna dapat mendanai UMKM lain, berpotensi mendapatkan bunga, sekaligus berkesempatan untuk membayar zakat. Fitur-fitur baru pun terus dikembangkan, seperti celengan pendidikan anak, yang memungkinkan para ibu mitra untuk merencanakan masa depan pendidikan buah hati mereka," terang Gigih Rezki Septianto, Tim Zakat & Donasi Amartha.
Komitmen Amartha terhadap dampak sosial semakin diperkuat dengan inisiatif ZIS (Zakat, Infak, Sedekah) melalui fitur baru dalam platformnya. Fitur ini memfasilitasi mitra dan masyarakat umum untuk menyalurkan zakat dan donasi. Bahkan, kampanye Kado Lebaran diluncurkan untuk mendukung pendidikan anak-anak di pedesaan. Seluruh kegiatan filantropi ini berada di bawah naungan Amartha Foundation.
Sebagai penutup, Katrina Inandia, Head of Impact and Sustainability Amartha mengatakan, Amartha akan menggelar acara penting pada tanggal 21-23 Mei di Bali. Acara ini akan menghadirkan lebih dari 50 pembicara dan menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan dan inspirasi dalam memajukan inklusi keuangan dan pemberdayaan UMKM.
Katrina juga mengungkap bahwa Amartha Foundation telah memberikan lebih dari 500 beasiswa dalam 2-3 tahun terakhir. Program ini tidak hanya memberikan beasiswa kepada para siswa SMA/sederajat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, namun kini telah berkembang menjadi beasiswa untuk mahasiswa dan juga beasiswa khusus untuk anak-anak yang kuliah di 10 kampus terluar Indonesia.
Kisah Amartha adalah kisah tentang inovasi yang berakar pada kepedulian sosial, tentang teknologi yang memberdayakan komunitas, dan tentang mimpi-mimpi kecil di desa yang bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi yang besar. Lebih dari sekadar pembiayaan, Amartha adalah katalisator perubahan positif bagi Indonesia.
Editor : M Mahfud