Desainer yang akrab disapa Pretty Rogi ini memamerkan lima pakaian yang unik, yaitu paduan jas dan dasi, begitu juga pada rompi yang dipamerkan.
"Ada lima yang menggunakan Noken hasil ekstensi seperti yang saya gunakan dua dalam bentuk baju, satu dalam bentuk rompi, satu bentuk jas dan menggunakan dasi loh. Padahal kan orang dahulu kita tidak menggunakan dasi loh, tapi saya terjemahkan dalam noken kulit kayu," ujar Pretty Rogi saat diwawancarai iNews, Minggu (22/12/2024).
"Karena kami dari Papua pesisir dari ujung kepala cendrawasih hingga ekornya, mereka gunakan kulit kayu (untuk membuat Noken). Dan Noken kulit kayu itu saya terjemahkan dalam bentuk gaun dan juga jas yang dipadukan, dan juga punya dasi, dan di sini saya lihat luar biasa budaya kita apalagi kalau bisa digabung dari seluruh Indonesia," imbuhnya.
Dua desainer asal Papua dari kiri ke kanan; Agusta Bunai dan Pretty S Rogi. (Foto: iNews/Tama)
Bukan tanpa niat Pretty memodifikasi kostum yang ia buat. Ia berharap kepada masyarakat pada umumnya, agar budaya Noken dapat dikenal di Indonesia, bahkan begitu juga dilirik dunia mode internasional.
"Jadi kami buat itu untuk inovasi dalam bentuk baju. Karena di manapun mereka akan pergi (Noken) itu akan melekat," harapnya.
"Karena jujur saja dengan zaman canggih seperti ini banyak orang muda sudah tidak peka dengan budaya seperti itu, saya harap dengan acara ini kami bisa tampil dengan 10 desain baju yang dipamerkan waktu itu, boleh memberikan informasi bahwa kita back to the culture sebagai filosofi hidup seperti itu," tambah Pretty.
Dalam Festival Noken Tanah Papua ini, Pretty juga berharap pemerintah sering mengadakan festival semacam ini, agar generasi muda ini bangga memiliki budaya yang dimiliki Indonesia saat ini.
Editor : Mahfud