Menurut Fadli Zon, Festival Noken memang digelar Kementerian Kebudayaan untuk memberi pesan kepada masyarakat untuk ikut menjaga dan melestarikan budaya, terutama bagi para generasi muda. Apalagi Noken sudah di-inskripsi oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTB) atau Intangable Cultural Heritage (ICH).
“Justru harapannya dari generasi muda, generasi milenial, Gen Z, generasi Alpha, mereka mulai bisa mengapresiasi budaya-budaya Indonesia, karena budaya kita ini sangat kaya. Kalau bukan kita yang mengapresiasi, siapa lagi?” tuturnya.
Penutupan Festival Noken digelar bersamaan dengan pawai budaya oleh Kementerian Kebudayaan untuk menyambut 3 WBTb Indonesia yang baru saja di-inskripsi oleh UNESCO awal Desember lalu yakni Kebaya, pertunjukan Reog Ponorogo dan alat musik tradisional Kolintang. Dengan demikian, Indonesia kini memiliki 16 WBTb yang sudah di-inskripsi oleh UNESCO.
Dalam pawai budaya dari area Monas hingga Sarinah tersebut, Kementerian Kebudayaan melibatkan berbagai elemen masyarakat seperti komunitas pecinta Kebaya, pegiat budaya Reog Ponorogo se-Jabodetabek, komunitas Kolintang, komunitas Pencak Silat, hingga anak-anak sekolah, termasuk anak TK dan SD.
Kegiatan pawai kebaya dan kirab Reog Ponorogo tersebut bahkan mendapatkan Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk jumlah peserta kebaya terbanyak dalam pawai lintas generasi. Setidaknya, ada 2.000 peserta pawai kebaya dalam acara ini.
"Ini sebuah prestasi kita juga, sekaligus tantangan untuk melestarikan, mengembangkan, dan memanfaatkan warisan budaya ke depannya," sebut Fadli.
Untuk Festival Noken, Kementerian Kebudayaan bekerja sama dengan Pemda Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan berbagai komunitas pegiat maupun pelestari seni budaya Papua.
Tak hanya memperlihatkan Noken asli Papua yang sudah jadi dan bisa dibeli, Festival Noken pun membuat masyarakat bisa melihat secara dekat bagaimana wanita Papua atau mama-mama Papua membuat karya budaya tersebut. Sejumlah lokasi karya digelar di mana masyarakat bisa belajar pembuatan Noken dari mama-mama Papua.
Editor : M Mahfud