Rahmi juga menegaskan alasan Indonesia dipilih sebagai lokasi implementasi program.
“Indonesia telah lama menjadi anggota IFAD. Sebagai negara berkembang dengan potensi besar di sektor pertanian, program ini selaras dengan visi IFAD untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan,” kata Rahmi.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Haeruman, melaporkan bahwa proyek UPLAND telah mengembangkan total 200 hektare lahan di empat desa: Sukawargi (100 hektare), Cikanang (30 hektare), Simpang (40 hektare), dan Margamulya (40 hektare). Proyek ini bertujuan menghasilkan benih kentang bersertifikat dan meningkatkan taraf hidup petani.
"Dukungan infrastruktur, seperti jalan usaha tani, embung, irigasi sprinkle, dan ternak domba, menjadi faktor pendukung keberhasilan proyek ini. Proyek UPLAND telah meningkatkan pendapatan petani, sehingga mereka kini lebih mandiri secara ekonomi,” ujar Haeruman.
Ia berharap program ini dapat diperluas ke desa lain pada 2025. Namun, ia juga menekankan pentingnya penguatan kelembagaan kelompok tani agar keberlanjutan aset, seperti gudang benih, tetap terjaga melalui pengelolaan berbasis peraturan desa (perdes).
“Dengan kontribusi petani dan keberlanjutan infrastruktur, potensi kentang di Garut dapat mendukung swasembada pangan nasional,” pungkasnya.
Editor : Mahfud