DEPOK, iNews,id - Ekonom Rizal Ramli dan politisi Partai Demokrat Cipta Panca Laksana "mendamprat" Irjen Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didid Noordiatmoko karena curiga kelangkaan minyak goreng yang saat ini terjadi, diakibatkan oleh banyaknya warga yang "menimbun" komoditi itu di rumah.
"Ini apaan sih? Kementerian asal nyeplak, ndak bisa kerja & analisa salah melulu, malah nyalahin rakyat. Kebangetan. Pendapatan mayoritas rakyat kita itu harian ... ndak punya uang untuk nimbun," kata Rizal Ramli seperti dikutip dari akun Twitter-nya, @RamliRizal, Selasa (8/3/2022).
"Udah gila, nga malu-malu lagi nyalahin rakyat. Jangan-jangan di rumah pejabat Kemendag diunpetinnya. Iya nga sih?" semprot Cipta Panca Laksana melalui @panca66.
Sebelumnya, sebuah media nasional mengabarkan kalau meski kalangkaan minyak goreng telah terjadi selama berbulan-bulan, tepatnya sejak akhir 2021, Kemendag menyatakan kalau sampai sampai saat ini pihaknya masih belum mengetahui penyebab pasti kelangkaan tersebut.
Kemendag mengklaim, jika dicek di tingkat produsen, produksi minyak goreng yang berjalan saat ini seharusnya mencukupi kebutuhan domestik.
Inspektur Jenderal (Irjen) Kemendag Didid Noordiatmoko mengatakan, saat ini produksi minyak goreng sudah mendekati kebutuhan, sehingga kelangkaan terhadap komoditi tersebut seharusnya bisa teratasi paling lambat akhir Maret 2022.
Pemerintah, kata dia, secara bertahap menyelesaikan persoalan produksi hingga distribusi minyak goreng, sehingga minyak goreng dapat diperoleh dengan mudah dengan harga yang terjangkau di masyarakat.
Akan tetapi, lanjut dia, muncul persoalan baru yang merupakan dampak dari kenaikan harga dan kelangkaan barang, yakni panic buying.
Lantaran sempat kesulitan mendapatkan minyak goreng dengan harga yang terjangkau, membuat masyarakat membeli melebihi kebutuhan ketika mendapatkan kesempatan. Padahal, hasil riset menyebutkan kebutuhan minyak goreng per orang hanya 0,8-1 liter per bulan. Artinya, kini banyak rumah tangga menyetok minyak goreng.
“Tapi ini baru terindikasi,” kata dia saat kunjungan kerja ke Palembang seperti dikutip dari Antara, Minggu (6/3/2022).
Ia mencontohkan seperti produsen minyak goreng di Sumatera Selatan, saat ini sudah memproduksi 300 ton per bulan atau sudah mendekati kebutuhan daerah ini. Jika pun terdapat selisih diperkirakan hanya 10%.
Editor : Rohman