“Jadi kedudukan petani milenial adalah penyangga hidup dan kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini. Maka jika NKRI ingin menjadi negara yang kuat dan hebat, maka pangannya harus kuat, pertaniannya harus kuat, petani dan petani milenial harus kuat," imbuhnya.
Dedi menambahkan, di tahun 2023 produksi beras hanya 30,2 juta ton/tahun selama el nino. Indikator itu turun dari tahun sebelumnya 31,2 juta ton/tahun, sementara kebutuhan beras kita 31,2 juta ton/tahun. Selain itu, sambung Dedi, BPS memprediksi produksi beras di tahun 2024 menurun, dan diharapkan petani harus bisa membalikan prediksi BPS tersebut.
“Ayo petani, petani milenial, dan calon petani milenial ayo kita singsingkan lengan dan baju kalian ayo turun ke sawah, turun ke kebun. Ayo genjot produksi pertanian melalui peningkatan indeks pertanaman, melalui peningkatan perluasan areal tanam. Saya yakin di akhir tahun ini kita akan mendapatkan beras yang cukup untuk kebutuhan nasional," ujar Dedi.
Dilanjutkan Kepala SMK-PP Negeri Banjarbaru, Budi Santoso di kesempatan ini menyampaikan bahwa SMK-PP Negeri Banjarbaru sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementan ikut mensupport terkait kegiatan yang harus laksanakan bersama-sama demi ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.
“MAF Ini adalah salah satu kegiatan kita dalam men-support program dari Kementerian Pertanian. Saya harap pemateri dapat memberikan materi kepada petani-petani muda dalam meningkatkan produksi dan usahanya," kata Budi.
Mengawali materi pertama, Arnita Wati seorang petani muda dari Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut mengisahkan awal mula Ia terjun di dunia pertanian, komoditas padi, yang dimulai sejak tahun 2023 dengan 12 anggota.
Bahkan saat ini setelah mendapatkan bantuan agribisnis dari Kementan ia dapat mengembangkan luas area menjadi 16 Ha, yang dulunya hanya 8 Ha.
Editor : Mahfud