get app
inews
Aa Text
Read Next : Pilkada Depok: Bertemu Kalangan Gen Z dan Milenial Depok, Imam Budi Hartono Paparkan Creative Hub

Tradisi Aneh Sky Burial di Tibet, Jenazah Manusia Sengaja Dipotong untuk Dimangsa Burung Nasar

Selasa, 07 November 2023 | 10:20 WIB
header img
Ritual tradisi pemakaman Sky Burial yang unik di Tibet dan Mongolia. Jenazah manusia dipotong untuk dimangsa burung nasar. Foto: Wikimedia Commons

JAKARTA, iNewsDepok.id - Tradisi aneh yag bernama tradisi Sky Burial di Tibet dan Mongolia. Dalam tradisi ini jenazah manusia sengaja dipotong untuk dimangsa burung nasar.

Bagi sebagian orang, pemakaman adalah proses yang sakral dan harus dilakukan dengan hormat. Namun, bagi masyarakat Tibet dan Mongolia, pemakaman adalah cara untuk berbagi dengan alam dan makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki tradisi pemakaman yang disebut Sky burial atau Jhator.

Melansir dari Tibetan Buddhist Encyclopedia, Sky burial adalah praktik pemakaman di mana jenazah manusia dipotong-potong di tempat terbuka dan dibiarkan dimakan oleh burung-burung pemakan bangkai, terutama burung nasar. Praktik ini dilakukan di provinsi-provinsi China seperti Tibet, Qinghai, Sichuan, dan Mongolia Dalam, serta di Mongolia, Bhutan, dan sebagian India seperti Sikkim dan Zanskar.

Menurut tradisi Buddha Vajrayana yang dianut oleh mayoritas masyarakat Tibet dan Mongolia, roh manusia akan berpindah setelah kematian. Oleh karena itu, tubuh tidak perlu diawetkan, melainkan diserahkan kepada alam. Burung-burung yang memakan jenazah dianggap sebagai pembawa berkah dan kebaikan.

Selain alasan religius, sky burial juga dipengaruhi oleh faktor geografis dan ekonomis. Sebagian besar wilayah Tibet dan Mongolia adalah dataran tinggi yang keras dan beku, sehingga sulit untuk menggali kuburan. Tanah yang subur juga harus dipertahankan untuk pertanian. Pemakaman tanah, oleh karena itu, hanya dilakukan untuk orang-orang yang meninggal karena penyakit dan dianggap tidak bersih untuk sky burial.

Di sisi lain, kayu juga sangat langka di ketinggian tertentu, sehingga tidak cukup untuk melakukan banyak kremasi. Kremasi, oleh karena itu, hanya dilakukan untuk lama (pemimpin atau pendeta) atau orang-orang terkemuka lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir, kremasi menjadi lebih umum untuk semua kalangan berkat kemajuan teknologi modern.

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut