Reaksi warganet terhadap tradisi pemakaman ini sangat beragam. Beberapa menghargai pendekatan yang mendalam terhadap alam dan alam semesta yang dianut oleh Tibet dan Mongolia dalam tradisi Sky Burial. Mereka melihatnya sebagai bentuk penghormatan terhadap siklus kehidupan dan kematian yang alami. Namun, ada juga reaksi yang lebih skeptis atau terkejut dari warganet yang mungkin kurang familiar dengan tradisi ini.
“Ini keren banget. Mereka berbagi dengan alam dan makhluk hidup lainnya. Mereka tidak takut mati karena percaya roh mereka akan berpindah. Mereka juga hemat dan ramah lingkungan. Salut deh," tulis akun @dewi_rahma di Twitter.
"Serem ah. Bayangin aja jenazah dipotong-potong terus dimakan burung. Kasihan banget. Apa nggak ada cara lain yang lebih manusiawi? Ini kan nggak hormat sama mayat. Nggak tega lihatnya," komentar akun @rizky_fadilah di Instagram.
"Menurut saya, ini salah. Jenazah itu harus dikubur atau dikremasi dengan baik. Ini kan tubuh ciptaan Tuhan. Harusnya dihormati dan disucikan. Ini kan melanggar agama. Harusnya dilarang," saran akun @fajar_pratama di Facebook.
Meskipun kontroversi dan beragamnya reaksi terhadap tradisi Sky Burial, penting untuk memahami bahwa budaya dan tradisi setiap masyarakat memiliki cara unik untuk menghormati dan mengelola kematian. Dalam hal ini, Tibet dan Mongolia mempertahankan tradisi yang menekankan hubungan yang mendalam dengan alam dan penghormatan terhadap siklus alam semesta.
Editor : M Mahfud