get app
inews
Aa Read Next : Buah Perjuangan Panjang! Geopark Kebumen Akhirnya Diakui UNESCO Global Geopark

Gara-gara Lato-lato, Harga Sapi Menjelang Idul Adha di Kebumen Anjlok Drastis

Minggu, 21 Mei 2023 | 23:08 WIB
header img
Pedagang sapi di Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, mengeluhkan anjloknya harga jual sapi karena penyakit lato-lato atau Lumpy Skin Disease (LSD). Foto: iNews Depok/Tama

KEBUMEN, iNewsDepok.id - Sejumlah pedagang hewan ternak sapi di Kebumen, Jawa Tengah, mengeluhkan anjloknya harga sapi menjelang Iduladha 2023. Hal ini disebabkan penyakit lato-lato atau Lumpy Skin Disease (LSD), yang menyerang sapi-sapi di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Imbas penyakit LSD ini menjadi momok menyeramkan bagi masyarakat, khususnya di Kebumen. Akibatnya sebagian masyarakat takut untuk mengonsumsi daging sapi.

Penyakit LSD pada sapi ini menyerang pada bagian kulit sapi berupa benjolan pada sekujur tubuh sapi. Apabila benjolan pecah maka akan meninggalkan bekas lubang di tubuh sapi.

Selain benjolan, sapi yang terinfeksi LSD juga dapat mengalami demam, kehilangan nafsu makan, lesu, dan mengalami penurunan produksi susu.

Sehingga hal itu berakibat pada turunnya harga jual sapi di pasaran.

Salah satunya Sarmudi, pedagang sapi di Pasar Hewan Petanahan yang tengah menunggu pembeli untuk sapi yang ia bawa ke pasar. Ia mengaku harga sapi yang ia jual anjlok drastis, meskipun sapi yang ia bawa sehat dan tidak terinfeksi lato-lato.

"Ini saya jual Rp11 juta, normalnya ini Rp15 juta. Gara-gara lato-lato, harganya jadi anjlok," kata Sarmudi kepada iNews Depok, Minggu (21/5/2023).

Senada dengan Sarmudi, pedagang sapi lain mengaku anjloknya harga sapi bisa turun hingga 70 persen. Hal ini disebabkan penyakit LSD tersebut.

"Berpengaruh sekali semenjak ada lato-lato. Sapi yang tadinya harga Rp20 juta, kini hanya laku Rp11-12 juta saja. Harga anjlok hingga 70 persen," kata Muhammad Syaifudin.

Syaifudin menambahkan, semenjak ada penyakit LSD ini, sedikit sekali sapi yang dipasarkan di pasar hewan. Ia mengaku, banyak sapi mati karena penyakit ini.

"Biasanya ada sekitar 50 sapi dijual di pasar ini. Sekarang saja cuma ada satu sapi yang dipajang. Tingkat kematian sapi 70 hingga 80 persen karena lato-lato," ujar Syaifudin.

Bicara soal kesiapan permintaan sapi pada hari raya Iduladha, Syaifudin mengatakan, banyak calon pembeli enggan membeli sapi dari Jawa Tengah, karena dampak penyakit LSD ini.

"Sebentar lagi kan Iduladha, biasanya permintaan sapi dari sejumlah kota, termasuk Jakarta itu tinggi. Namun hingga sekarang belum ada yang memesan. Ya semua karena takut dengan penyakit lato-lato pada sapi," imbuhnya.

Syaifudin mengaku, dari dinas terkait sudah turun tangan memberikan penyuluhan dan pengobatan. Namun, usaha tersebut dinilai telat, lantaran virus lato-lato sudah merebak.

"Telat, jadi penyakit lato-lato ini sudah menular, baru dinas terkait memberikan penyuluhan. Sapi sudah banyak terinfeksi," ujar Syaifudin.

Bukan hanya pedagang sapi, dampak penyakit ini juga berpengaruh pada para pedagang makanan yang menggunakan olahan daging sapi.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian, Nasrullah menjelaskan, penyakit LSD tidak menular dari hewan ke manusia.

"Penyakit ini tidak menular dari hewan ke manusia, atau bukan penyakit zoonosis," kata Nasrullah, dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip, Minggu (21/5/2023).

Menurut Nasrullah, sapi atau kerbau yang tertular LSD dan kemudian telah sembuh, produknya seperti daging masih dapat dikonsumsi setelah dihilangkan bagian-bagian yang terdampak.

"Pastikan daging yang akan dikonsumsi berasal dari rumah potong hewan yang diawasi oleh dokter hewan," tambahnya. 

Ia menambahkan, daging yang dijual di masyarakat, selama memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) atau berasal dari rumah potong hewan yang memiliki NKV pasti telah diperiksa kesehatannya sebelum ternaknya dipotong dan setelah dipotong. 

"Jadi masyarakat tidak usah khawatir atau ragu untuk membeli dan mengonsumsi daging sapi/kerbau," imbuhnya. 

Pihak Kementan juga meminta kepada masyarakat agar hewan yang masih sakit untuk tidak dijual, dipotong atau diperdagangkan untuk dikonsumsi.

​​​​​​

Editor : M Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut