get app
inews
Aa Read Next : Tingkatkan Produksi Pangan Nasional, Kementan Perkuat Petani Millenial di Sumsel

Lato-lato Serang Sapi, Warga Kebumen Jadi Enggan Makan Bakso

Minggu, 21 Mei 2023 | 16:48 WIB
header img
Sejumlah sapi di Kabupaten Kebumen terdampak penyakit lato-lato atau Lumpy Skin Disease (LSD). Foto: iNews Depok/Tama

KEBUMEN, iNewsDepok.id - Sejumlah warga Kebumen enggan mengonsumsi olahan daging sapi lantaran penyakit Lumpy Skin Disease (LSD), atau yang lebih dikenal dengan penyakit lato-lato yang menyerang hewan ternak, khususnya kerbau dan sapi. Salah satu yang terdampak dari penyakit ini adalah para pedagang bakso.

Pasalnya, penyakit LSD ini masih menjadi momok yang menyeramkan bagi sejumlah masyarakat di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Sejumlah pedagang hewan ternak, khususnya sapi yang berada di Pasar Hewan Petanahan, Kebumen mengaku, penjualan hewan ternak sapi menurun drastis imbas adanya penyakit lato-lato atau LSD.

"Lato-lato sangat berpengaruh kepada harga dan minat pembeli kepada hewan ternak sapi. Masyarakat banyak yang enggan membeli atau mengonsumsi daging sapi," kata Muhammad Syaifudin, salah satu pedagang hewan ternak di Pasar hewan di Kecamatan Petanahan, Minggu (21/5/2023).

Syaifudin mengaku, penyakit LSD ini lebih berdampak ke penjualan sapi daripada kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi.

"Dulu saat ramai PMK malah tidak terdampak, giliran penyakit lato-lato ini langsung anjlok penjualannya," imbuhnya.

Selain ke pedagang sapi, imbas penyakit lato-lato ini sangat dirasakan dampaknya oleh sejumlah pedagang bakso.

Andika, salah satu pedagang bakso di sekitar Pasar Petanahan mengaku, minat beli masyarakat dengan adanya kabar penyakit lato-lato pada sapi, membuat penghasilan dagangan baksonya menurun. Penurunan omsetnya hingga 60 persen, akibat kabar penyakit LSD itu.

"Gara-gara lato-lato orang jadi malas beli bakso. Mulai Idulfitri kemarin sampai sekarang, pendapatan turun hingga 60 persen," kata Andika.

"Masyarakat mengaku jijik dengan penyakit lato-lato yang menyerang sapi," imbuhnya.

Andika menambahkan, para pedagang bakso di Kebumen telah memilih daging yang higienis untuk pembuatan daging bakso.

Ia mengaku, untuk menghasilkan bakso terbaik, tidak menggunakan daging sapi yang tidak segar dan tidak sehat.

"Nggak usah takut. Bakso di sini dibuat dengan daging yang higienis," ujar Andika.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian, Nasrullah menjelaskan, penyakit LSD tidak menular dari hewan ke manusia.

"Penyakit ini tidak menular dari hewan ke manusia, atau bukan penyakit zoonosis," kata Nasrullah, dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip, Minggu (21/5/2023).

Menurut Nasrullah, sapi atau kerbau yang tertular LSD dan kemudian telah sembuh, produknya seperti daging masih dapat dikonsumsi setelah dihilangkan bagian-bagian yang terdampak.

"Pastikan daging yang akan dikonsumsi berasal dari rumah potong hewan yang diawasi oleh dokter hewan," tambahnya. 

Ia menambahkan, daging yang dijual di masyarakat, selama memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) atau berasal dari rumah potong hewan yang memiliki NKV pasti telah diperiksa kesehatannya sebelum ternaknya dipotong dan setelah dipotong. 

"Jadi masyarakat tidak usah khawatir atau ragu untuk membeli dan mengkonsumsi daging sapi/kerbau," imbuhnya. 

Ia juga meminta kepada masyarakat agar hewan yang masih sakit untuk tidak dijual, dipotong atau diperdagangkan untuk dikonsumsi.

Perlu diketahui, virus LSD ini menyerang pada bagian kulit sapi berupa benjolan pada sekujur tubuh sapi. Jika benjolan pecah maka akan meninggalkan bekas lubang di tubuh sapi.

Selain benjolan, sapi yang terinfeksi LSD juga dapat mengalami demam, kehilangan nafsu makan, lesu, dan mengalami penurunan produksi susu.

Editor : Mahfud

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut