TANGERANG, iNewsDepok.id - Sesosok pria muda berbadan bugar terlihat berkilauan di bawah sinar matahari, tubuh mengkilap berbalut silver dengan topeng menyerupai badut di kepalanya dan topi merah muda untuk melindungi pria tersebut dari panasnya kota Tangerang.
Dari ujung rambut sampai ujung kaki semua berpoles cat berwarna perak yang mengkilat, membawa kotak kardus yang bertulisan “Semoga Berkah”.
Berdiri di perempatan lampu merah untuk meminta sumbangan dari para pengguna jalan raya yang lalu lalang. Itulah yang biasa disebut dengan manusia silver.
Sudah lebih 2 tahun, Adi bekerja sebagai manusia silver. Melumuri sekujur tubuhnya dengan cat sablon berwarna perak yang dicampur dengan minyak tanah sambil membawa kotak karton. Bergoyang ke kiri dan ke kanan, sambil melambaikan tangan atau diam tergap sambil hormat bak patung. Bila sepi dan bosan, dia pun kembali berjalan, menyusuri jalanan.
Berhenti di suatu tempat. Mencari siapa saja untuk dihibur. Begitu seterusnya. Sejak jam dua siang sampai jam 10 malam.
"Saya biasa berpindah-pindah. Tidak menetap di satu tempat," ucapnya ketika disapa Adi di Jalan Kisamaun Tangerang.
Adi harus gigih mangkal di satu lampu merah ke lampu merah lainnya, karena harga kostum yang diperlukan Adi dalam sehari tampil adalah sekitar Rp 30 ribu. Dia biasanya baru pulang ke rumah pada jam 11 malam. Saat sampai rumah, dia akan langsung membersihkan dirinya dari cat yang sudah menempel di tubuhnya selama 8 jam dengan menggunakan detergen bubuk yang sering dipakai ibunya.
Ia mengaku badannya terasa panas saat ia menggesekan dirinya dengan bubuk yang seharusnya untuk pakaian.
Dari jerih payah sebagai manusia silver, Adi bisa membantu perekonomian keluarganya.
Menjadi manusia silver juga bukan keinginan. Dia kehilangan pekerjaan setelah pandemi menghantam perekonomian.
Sebelum wabah, Adi mencari uang dengan menjadi buruh panggul di pasar. Tanpa mengenal hari libur, Adi bisa membawa pulang Rp100 ribu per hari. Semua pendapatannya akan diberikan kepada ibunya yang merupakan penjual pop ice di depan SDN 15 Tangerang.
Peruntungannya baru berubah jika hujan turun. Adi Terpaksa berteduh menunggu hujan reda. Agar kostumnya tidak luntur. Selain mengenakan kostum cat perak, ada aksesori tambahan.
Di depan mukanya tergantung topeng berwarna putih, hidung berbentuk bulat dan berwarna merah, dan senyuman lebar menyerupai badut. Menjadi manusia silver gampang-gampang susah. Suka dan dukanya banyak. Hal yang menyenangkan dalam bekerja adalah apabila ada yang terhibur dan tertawa akan dirinya.
"Terkadang juga ada yang menghampiri dan kemudian meminta berfoto. Tapi, ada pula yang menjemput saya untuk dibawa ke rumah. Setelah selesai, saya minta diantar lagi ke jalanan. Tarifnya, seikhlasnya saja," ucapnya.
Pengalaman duka yang pernah dialami Adi adalah ketika dia sedang asyik bergoyang dan melambai-lambaikan tangan. Lalu seorang oknum pengamen menghampiri.
Tanpa rasa curiga, Adi membiarkannya mendekat. Ternyata, dia hanya tertarik dengan kotak kardus Adi.
"Dia (oknum pengamen), berlagak hendak memberikan uang. Tahu-tahunya malah mengambil uang di dalam celengan, kemudian melarikan diri," tuturnya.
Pernah juga Adi berseteru dengan pencopet yang coba mengambil kotak kardus yang menjadi kotak berkahnya. Beruntung, ada penarik becak yang melihat kejadian itu, kemudian membantu Adi.
Berbekal pengalaman itu, apabila malam tiba, Adi pun harus ekstra waspada. Salah satunya dengan berpindah-pindah tempat. "Kalau tidak ke tempat yang lalu lintasnya ramai, ya di sebuah tempat yang terang benderang," bebernya.
Lagi-lagi, Adi tampak menyeka peluh yang mengucur di wajahnya. Maklum, di dalam kostum manusia silver, menurutnya sangat panas, perih, dan juga gatal. Adi, seorang lelaki yang murah senyum.
Tak ada keluh kesah yang keluar dari mulutnya. Justru sebaliknya, hanya ada kalimat optimis. Menurutnya, rezeki akan menghampiri selama seseorang mau berusaha.
"Yang penting jangan diam atau sekadar menunggu," pesannya.
Editor : Mahfud