Kerajinan yang dibuatnya itu telah terjual ke berbagai penjuru Indonesia. Tak hanya itu, kerajinan miliknya bahkan mampu menembus pasar dunia dan telah terjual hingga ke Malaysia, China, Jepang dan Jerman. Keuntungan yang didapatnya pun mampu menembus puluhan juta dalam satu bulan.
Pria yang pernah bekerja sebagai agensi tur itu menceritakan kendalanya dalam mengembangkan usaha kerajinan batik rekat tersebut. Bekerja seorang diri dan kurangnya pemahaman tentang terknologi, membuat Suyono kesulitan dalam memasarkan hasil kerajinannya.
"Aku ini gaptek, namanya orang jadul. Sementara aku diimbau oleh masyarakat luas untuk beradaptasi dengan dunia online. Jadi, kesulitanku sebagai seorang yang single fighter harus jadi striker, kiper dan wasit juga,” tutur dia.
Suryono juga memberitahu harapannya dalam mengembangkan kerajinan batik rekat. Ia ingin memiliki franchise guna membagikan ilmunya tentang batik rekat ke khalayak luas.
“Aku hanya made by order di rumah. Jadi, efek dominonya aku tak populer, berharap punya franchise buat buka galeri. Nanti bisa private sharing, aku kesana buat pelatihan sampai mereka paham dengan SOP di berbagai media dan maintenance-nya,“ tuturnya.
Editor : M Mahfud