Dalam konsep tersebut, karakter utamanya adalah buah jambu. Ini sebagai bagian dari memori masa kecil Sunaryo dengan sang ibu yang terekam dalam salah satu instalasi di Wot Batu, yaitu Batu Indung.
“Racikan-racikan khas pada rangkaian Respon Karya ini juga menggunakan bahan-bahan yang mewakili konsep dualisme dalam deretan instalasi di Wot Batu,” lanjut Oza yang juga dikenal sebagai seniman teh.
Hadirnya varian teh yang disiapkan secara khusus ini menawarkan pengalaman menikmati karya seni yang sangat istimewa. Racikan-racikan ini bukan saja terinspirasi oleh mahakarya Sunaryo ini, melainkan juga mengajak pencicipnya untuk menikmati suatu karya seni melalui rasa dan aroma.
Karena itulah, karya-karya instalasi dalam Wot Batu tidak hanya bisa diresapi lewat penglihatan, sentuhan dan pendengaran, tetapi juga dengan menyesap dan menghirup aroma racikan teh yang mengawinkan berbagai bahan asli Indonesia.
Perjalanan manusia sejak lahir, hidup hingga akhir hayat, menurut Oza ditampilkan dalam tiga varian yakni Ambu, Indriya, dan Suwung. Keseluruhan racikan yang merespon karya Sunaryo hanya tersedia secara khusus di Wot Batu.
“Wot Batu adalah sebuah mahakarya seni. Karenanya, kami sangat bangga menjadi partner dalam kolaborasi yang mendukung sebuah pengalaman menyeluruh di Wot Batu ini, mulai dari dilihat, dinikmati, dan dikecap,” ujarnya.
Lebih lanjut menurut Oza, 3 varian tea blending yang ia hadirkan turut menjadi sebuah karya seni teh yang menggambarkan perjalanan manusia.
“Mulai dari sumber kehidupan yang berasal dari ambu atau ibu, indriya yang menggambarkan penggunaan indera saat hidup hingga suwung yang memiliki filosofi sakralnya kematian,” jelas Oza.
Berikut penjelasan Oza Sudewo mengenai 3 racikan teh spesial dalam kolaborasi dengan Wot Batu, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya pada Selasa (24/1/2023):
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani