DEPOK, iNews.id - Minggu (19/12/2021) siang, Matahari membakar langit Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat, dengan sinarnya yang terik dan membuat orang kepanasan.
Namun, di area Masjid Diah Al-Mahri yang berada dalam sebuah hamparan lahan yang sangat luas, orang-orang seperti tak peduli. Mereka asyik berlalu lalang untuk menikmati keindahan dan kemegahan masjid yang lebih dikenal dengan nama Masjid Kubah Emas itu, dan menikmati taman-tamannya yang ditata dengan sangat apik dan artistik. Di antara mereka ada yang selfi-selfi atau melakukan sesi foto bersama di area depan masjid dengan menggunakan ponsel, atau menggunakan jasa tukang foto dengan biaya Rp20 ribu untuk setiap satu sesi foto.
Turni, salah satu karyawan di masjid yang berdiri di area seluas area 60 x 120 meter (sekitar 8000 meter persegi) itu mengatakan, masjid yang telah menjadi salah satu destinasi wisata religi di Indonesia itu sempat ditutup selama lebih dari satu tahun akibat pandemi Covid-19.
"Ditutup waktu awal-awal ada pandemi (Maret 2020), dan baru dibuka lagi setelah pertengahan bulan Muharram kemarin (awal September 2021, red)," katanya.
Nazar yang dipenuhi
Masjid Dian Al Mahri atau Masjid Kubah Emas disebut-sebut sebagai salah satu masjid termegah di Asia Tenggara, sekaligus merupakan salah satu dari tujuh masjid di dunia yang memiliki kubah berlapiskan emas.
Enam masjid lainnya adalah Masjid Qubbah As-Sakhrah di Palestina, Masjid Al Askari di Irak, Masjid Suneri di Lahore, Masjid Sultan Singapura di Singapura, Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Brunei Darussalam, dan Masjid Jami’ Bandar Sri Begawan di Brunei Darussalam.
Pengunjung Masjid Kubah Emas keluar dari masjid setelah menunaikan sholat Ashar. Foto: iNewsDepok
Masjid Kubah Emas dibangun oleh seorang pengusaha asal Serang, Banten, bernama Hj Dian Djuriah Rais binti H Muhammad Rais. Pengusaha yang wafat pada 29 Maret 2019 ini memiliki banyak perusahaan, salah satunya perusahaan yang bergerak di bidang properti. Namun, dia juga memiliki banyak lini usaha di Singapura, Malaysia, dan Arab Saudi.
Konon, almarhumah menjadi super tajir karena pernah menikah dengan seorang pengusaha asal Arab Saudi, dan pengusaha itu merupakan kerabat keluarga kerajaan di negara kaya minyak tersebut.
Data tentang hal ini diungkap Ustaz Haryono dalam video yang diunggah di akun YouTube ESGE ENTERTAINMENT pada Agustus 2019 dengan judul "TERJAWAB!!! ASAL USUL KEKAYAAN PENDIRI MASJID KUBAH EMAS DEPOK".
"Saya tidak tahu Bu Dian yang sebenarnya meskipun Beliau sudah lama dengan saya, tapi ada kerabatnya yang menceritakan ternyata Bu Dian ini dulu adalah istri seorang pengusaha dan kerabat kerajaan Saudi," katanya seperti dikutip Minggu (19/12/2021).
Ustaz yang meresmikan Masjid Kubah Emas pada tanggal 31 Desember 2006 ini menambahkan, pengusaha tersebut tidak memiliki anak dan juga tidak lagi memiliki keluarga. Selain itu, usia pun sudah cukup tua saat menikah dengan Dian.
"Setelah menikah, beberapa bulan kemudian meninggal, sehingga warisannya ini jatuhlah kepada Beliau," imbuh Ustaz Haryono.
Dari Ustaz ini pula diketahui apa motif Dian mendirikan masjid yang kini terkenal hingga ke mancanegara itu, yakni untuk memenuhi nazar.
Ustaz Haryono menjelaskan bahwa sebelum mendirikan Masjid Kubah Emas, Dian menderita suatu penyakit, dan bernazar bahwa jika penyakitnya sembuh, maka dia akan membangun sebuah masjid dengan biaya Rp20 triliun.
Sayang, dalam video itu Ustaz yang membantu kesembuhan Dian tersebut tidak menjelaskan apa penyakit yang diderita Dian, tetapi dia mengakui sempat terkaget-kaget karena Dian yang memiliki penampilan biasa-biasa saja, tidak terkesan sebagai orang yang super tajir, ternyata dapat memenuhi nazarnya tersebut.
Dibangun selama tujuh tahun
Masjid Kubah Emas dibangun di atas lahan seluas 7.000 hektare di sisi Jalan Raya Meruyung, sebuah jalan di Kecamatan Limo, Kota Depok. Di area yang maha luas itu tidak hanya ada masjid, tetapi juga aula, Ruko, dan vila tempat pengunjung dari luar kota menginap. Masjid dan semua bangunan itu didesain dengan gaya arsitektur khas Timur Tengah, sehingga ketika memasuki area ini kita seakan terlempar ke dimensi lain yang sama sekali berbeda dengan lingkungan umumnya masyarakat Indonesia.
Rumah almarhumah Hj Dian Djuriah Rais berada persis di seberang masjid, juga kental gaya khas arsetektur Timur Tengah, dan tak kalah megahnya dengan Masjid dan bangunan-bangunan yang lain. Sekilas, rumah itu seperti kastil raja-raja karena saking megah dan luasnya rumah itu, akan tetapi penjaga rumah itu mengatakan, keluarga Dian tidak tinggal di situ.
"Mereka tinggal di Jakarta Selatan. Hanya sesekali datang ke sini," katanya.
Rumah Dian Djuriah Rais dalam kompleks Masjid Kubah Emas. Foto: iNewsDepok
Menurut Turni, lahan di mana Masjid Kubah Emas dan bangunan-bangunan lainnya itu kini berdiri, dulunya merupakan sawah, ladang dan rawa-rawa. Lahan itu dibeli almarhumah pada tahun 1996 secara bertahap.
"Harganya lumayan tinggi, tapi sama Ibu Dian tetap dibeli," katanya.
Masjid Kubah Emas mulai dibangun pada tahun 1999 dan diresmikan pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.
Jika Anda ingin berkunjung ke masjid ini, Anda akan melalui sebuah gerbang megah yang terbuat dari marmer, dan kemudian menyusuri jalan yang lebar di antara bentangan taman yang ditata dengan sangat apik dan menyegarkan mata.
Rumput halus dan hijau seperti permadani yang melapisi setiap jengkal tanah dalam area taman, sementara di atasnya menjulang pepohonan besar seperti pohon kelengkeng, jambu, dan kelapa, sementara aneka tanaman hias dengan bunga beraneka warna ikut mempercantik wajah taman.
Mungkin, jika Anda memasuki area masjid ini, Anda dapat membayangkan tengah memasuki halaman sebuah istana di Timur Tengah, namun dengan tanah yang subur seperti Indonesia. Bagi yang baru pertama kali datang, umumnya memiliki pendapat yang sama; Masjid Kubah Emas, bangunan aula, Ruko dan vila-vilanya, serta bentangan tamannya sangat luar biasa. Tak mengherankan kalau masjid ini menjadi terkenal hingga mancanegara, dan menjadi salah satu destinasi wisata religi di Indonesia.
Turni mengatakan, pada tahun-tahun awal Masjid Kubah Emas berdiri, masjid ini menjadi tempat favorit warga sekitar masjid yang ingin berwisata.
"Tapi sekarang warga hanya datang ke sini kalau mau sholat Jumat, sholat taraweh, sholat Idul Adha dan Sholat Idul Fitri," katanya.
Ia berkisah kalau selama ditutup akibat pandemi, suasana di kompleks Masjid Kubah Emas seperti "kota mati", karena untuk sholat Jumat pun dilarang pemerintah.
"Sejak pandemi sampai sekarang, di sini sudah dua kali puasa dan dua kali lebaran nggak ada sholat taraweh, nggak ada i'tikaf, dan nggak ada sholat ied. Nggak tahu tahun depan. Mudah-mudahan pandemi sudah nggak ada, sudah selesai," harapnya.
Turni, juga seorang tukang foto di Masjid Kubah Emas bernama Fadil, mengatakan, pengunjung Masjid Kubah Emas juga datang dari luar Jabodetabek, bahkan dari luar Pulau Jawa.
"Itu, ibu-ibu yang semuanya berkerudung merah, katanya datang dari Padang. Minggu lalu juga ada yang dari Palembang, Kalimantan, bahkan dari Papua juga pernah ke sini," kata Turni seraya menunjuk sekelompok ibu-ibu yang sedang berfoto bersama di tangga masjid.
Sejak Masjid Kubah Emas dibuka kembali pada awal September 2021, setiap akhir pekan, yaitu Sabtu dan Minggu, Masjid Kubah Emas dibanjiri pengunjung dengan jumlah mencapai ratusan orang.
Daya tarik utama masjid ini adalah, seperti namanya, terlatak pada kubahnya yang terbuat dari emas. Masjid ini memiliki satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Kubah-kubah itu seluruhnya dilapisi emas setebal 2-3 milimeter dan dipercantik dengan mozaik kristal.
Seorang pengunjung sholat di depan mihrab Masjid Kubah Emas. Foto: iNewsDepok
Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal di India dengan diameter bawah 16 meter, diameter tengah 25 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara empat kubah kecil memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter. Di bawah terik sinar Matahari, emas-emas yang melapisi kubah itu nampak berkilau, membuat fisik masjid itu terkesan semakin menarik.
Secara umum, arsitektur Masjid Kubah Emas mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman pada arsitekturnya. Ciri lainnya ada pada gerbang masuk yang berupa portal dengan hiasan geometris dan obelisk sebagai ornamen.
Interior masjid ditopang pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi guna menciptakan skala ruang yang agung, sementara ruangannya didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia.
Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang pengerjaannya digarap ahli dari Italia. Lampu gantung itu memiliki total berat 8 ton, dan pada atap yang menaunginya terdapat lukiasan awan, sehingga memberi kesan kalau lampu gantung itu seperti menjulur dari langit.
Selain itu, relief hiasan di atas tempat imam juga terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid. Sedangkan mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado atau sisa emas.
Selain mewah, arsitektur Masjid Kubah Emas juga dirancang untuk merepresentasikan beberapa filosofi dalam agama Islam. Enam menara (minaret) berbentuk segi enam atau heksagonal yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter. Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India.
Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia.
Di pintu masuk ke dalam masjid, termasuk pintu menara, seluruhnya berjumlah 17, selaras dengan jumlah rakaat pada shalat umat Islam dalam sehari semalam yang sebanyak 17 rakaat.
Lampu gantung di dalam Masjid Kubah Emas. Foto: iNewsDepok
Turni mengatakan, selain menjadi tempat wisata, Masjid Kubah Emas juga kerap menjadi lokasi untuk resepsi pernikahan.
"Memang nggak gratis, tapi yang paham tentang penyewaan tempat adalah pihak yayasan pengelola masjid ini (Yayasan Masjid Diah Al-Mahri, red)," katanya.
Menjelang sore, langit Kecamatan Limo yang semula cerah, mulai dilapisi awan hitam, dan beberapa menit sebelum azan ashar berkumandang, hujan turun dengan sangat deras. Semua pengunjung berlindung ke dalam masjid atau aula.
Almarhumah Hj Dian Djuriah Rais binti H Muhammad Rais memang sosok yang sangat luar biasa dalam melakukan syiar Islam. Dari catatan dalam skripsi karya Mirza Shahrani, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia, yang disusun pada tahun 2008 dengan judul “Masjid Kubah Emas di Depok: Fenomena Reproduksi Masjid Kawasan Timur Tengah Dalam Konteks Indonesia”, diketahui kalau almarhumah bukan hanya membangun Masjid Kubah Emas, namun banyak lagi masjid-masjid lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlahnya mencapai ribuan masjid.
Nama Mahri yang disematkan almarhumah pada nama Masjid Kubah Emas (Masjid Dian Al Mahri), berasal dari nama salah satu anaknya. Pengunjung dapat menziarahi makam Dian saat berkunjung ke masjid tersebut, karena lokasi makam pengusaha dermawan dan religius ini berada di belakang masjid.
Editor : Rohman