Alat pencacah telur otomatis ini diujicobakan di Peternakan Agrova Farm, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Desember 2022.
Uji coba ini dilakukan untuk melihat kondisi alat di lapangan dan untuk mendapat masukan dari calon user/costumer, yaitu Agrova Farm.
Turut hadir pada kegiatan tersebut, Ketua Tim Pengmas DTMM FTUI bersama para anggota, yakni Muhammad Joshua YB, Agrin F Pradana, Fernanda H., dan Andreas F., M. Riza; perwakilan dari Yayasan Edu Farmers International, Ignatius Egan; Supervisor Lapangan Agrova Farm, A. Ilyadi; serta para peternak Agrova Farm, khususnya yang ada di bagian penyortiran dan pengepakan telur.
Ignatius Egan dari Yayasan Edu Farmers International mengungkapkan alat grading dan pencacah telur otomatis inovasi Tim Pengmas FTUI ini merupakan produk lokal yang belum banyak tersedia di pasar.
”Selama ini peternak telur harus impor dan itu mahal, sulit terjangkau bagi peternak UMKM. Hasil inovasi FTUI ini kami rasa bisa memenuhi gap yang ada di pasar,” kata Ignatius.
Produktivitas UMKM peternak telur di Indonesia memiliki tantangan dalam optimalisasi dan efisiensi kerja. Para pekerja rata-rata memerlukan waktu 2–3 jam per hari untuk memanen telur, menghitung jumlahnya, dan menimbang total berat telur.
Banyaknya tahapan yang ditangani mengakibatkan berkurangnya produktivitas peternak. Setiap orang hanya mampu menangani populasi 3.000–4.000 ekor. Angka ini jauh di bawah rata-rata produktivitas peternak ayam petelur di negara pesaing, seperti Cina, Amerika, dan India.
Editor : M Mahfud