JAKARTA, iNewsDepok.id - Sudah tidak asing lagi bagi kita untuk mengetahui orang yang bersuku Jawa akan mudah diketahui dari namanya. Namun saat ini, sulit ditemui orang Jawa (Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur), yang masih menggunakan nama Jawa bagi bayinya yang baru lahir.
Saat ini banyak nama-nama Jawa seperti Sriyati, Ngatinem, Suginem dan lainnya, sudah dianggap kuno atau ketinggalan zaman. Padahal dalam budaya Jawa, mereka suka memberikan nama yang mudah diingat.
Bahkan tidak sedikit orang tua khususnya orang jawa lebih memilih nama kekinian untuk buah hatinya. Dan tidak sedikit, banyak orang tua juga menggunakan nama-nama yang berbau asing untuk anak-anaknya.
Dosen Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Moordiati SS, M.Hum. dalam jurnalnya yang berjudul Saat Orang Jawa Memberi Nama: Studi Nama di Tahun 1950 - 2000, memilih dan memberi nama tidak lagi dianggap sebagai sebuah persoalan besar, hingga pada akhirnya banyak nama yang justru tidak dikenal dan terdengar asing.
Padahal dan pemberian nama seseorang sebenarnya juga mengandung maksud dan makna tertentu sesuai dengan harapan orang tua.
Dalam jurnalnya Moordiati menambahkan, saat ini setidaknya dalam 20 tahun terakhir ini, perubahan tampak sekali terjadi dalam komunitas etnis Jawa ketika memberikan nama untuk anak mereka. Banyak dari nama-nama khas Jawa semakin “keren” dan familiar di telinga atau bahkan semakin sulit dikenal kejawaannya.
Tim iNews Depok mencoba bertemu salah satu Warga Negara Belanda keturunan Jawa, Christa Noella Wongsodikromo, pada Minggu (13/11/2022).
Christa merupakan warga asing yang secara garis keturunan terpisah lama, saat neneknya tinggal di Suriname, saat penjajahan Belanda di Indonesia.
Meskipun banyak orang Jawa saat ini yang menggunakan nama modern atau asing, Christa tetap bangga menggunakan nama kakeknya 'Wongsodikromo'.
Meskipun tidak bisa berbahasa Indonesia atau Jawa, Christa mengaku sedih karena saat ini sedikit orang Jawa yang mengunakan nama-nama Jawa untuk identitasnya. Bagi Christa, penggunaan nama Jawa sangat indah untuk disebut.
Selain itu bagi Christa, akan lebih memudahkan seseorang untuk memotret orang-orang keturunan Jawa.
"Saya pikir penggunaan nama-nama Jawa itu indah. Bisa memudahkan kita untuk mengidentifikasi sesama orang Jawa," kata Christa kepada iNews Depok.
Meskipun tidak lama tinggal di Jawa, Christa mengaku belajar adat dan budaya Jawa.
Ia mengaku beruntung sebagai generasi pertama keluarga Wongsodikromo yang berada di Suriname, dengan tetap menggunakan nama kakeknya.
Bagi Christa penggunaan nama kakeknya, bisa membantu mengidentifikasi keluarganya yang telah terpisah selama berpuluh tahun di Belanda, Indonesia dan Suriname.
“Saya sangat bangga menggunakan nama Wongsodikromo yang merupakan orang Jawa generasi pertama yang tinggal di Suriname,” ujar Christa saat berbincang di daerah Kota Tua, Jakarta Barat.
"Menggunakan nama Wongsodikromo, juga bisa membantu saya tanpa objek keluarga saya yang terpisah di Suriname, Belanda dan di Indonesia," imbuhnya.
Christa merupakan salah satu warga negara asing yang memiliki garis keturunan Indonesia. Kedatangannya ke Indonesia untuk berkumpul dengan garis keturunan yang terpisah dari zaman penjajahan Belanda, yang berada di Wonogiri, Jawa Tengah.
"Desember aku akan bertemu dengan keluargaku yang sebelumnya lama terpisah di Wonogiri," kata Christa.
Editor : Mahfud