get app
inews
Aa
Read Next : Baru Terpakai 5 Persen, Dinkes DKI Jakarta Pastikan Ruang Rawat Inap Pasien COVID-19 Masih Tersedia

Dengue Saat Ini Berbeda, Ahli Khawatir Penyakit Tak Biasa Muncul di Masa Menuju Endemi COVID-19

Kamis, 06 Oktober 2022 | 15:16 WIB
header img
Ilustrasi. Foto: Freepik/prostooleh

JAKARTA, iNewsDepok.id - Saat ini Indoneia tengah bersiap memasuki fase endemi COVID-19, yang terlihat dari terus menurunnya kasus COVID-19. Namun, yang menentukan berakhirnya masa pandemi adalah Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Meskipun kondisi sudah membaik, tetapi para ahli tetap mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes). Pasalnya, bila abai prokes maka berisiko munculnya penyakit tak biasa.

Sementara Ahli Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. dr. Asri C.  Adisasmita, MPH., M.Phil., Ph.D, menjelaskan, saat ini sudah mulai dilaporkan kasus penyakit tak biasa. Salah satunya yakni dengue. 

"Menurut beberapa laporan yang saya terima, penyakit dengue sekarang berbeda karakternya dengan dengue sebelum pandemi COVID-19. Belum diketahui apa penyebabnya, itu kenapa diperlukan penelitian lebih lanjut terkait hal tersebut," paparnya.  

Lebih lanjut menurut Prof. Asri, karakter dengue di masa pandemi COVID-19 ini, pada beberapa kasus dilaporkan lebih ganas dan lama untuk sembuh. Temuan ini pun menjadi pengingat bahwa sekalipun COVID-19 dinyatakan sebagai endemi, ada kemungkinan dampaknya secara tidak langsung tetap merugikan masyarakat.

"Kami perlu melakukan penelitian untuk melihat adanya kemungkinan efek tidak langsung Covid-19, khususnya pada populasi lansia, anak-anak, ibu hamil, maupun orang dengan imunitas lemah," kata Prof. Asri.

Sementara Ahli Mikrobiologi Universitas Indonesia Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D., SpMK (K)., menjelaskan secara alami virus akan selalu bersirkulasi, apalagi jika virusnya masih ada di sekitar kita.

“Jadi, kalau pertahanan yang selama ini dibangun, dihilangkan begitu saja, mutasi virus baru besar kemungkinan terjadi," ungkap Prof Amin, dalam talkshow virtual, pada Rabu (5/10/2022).

Secara teori sifat alami virus itu bermutasi, namun mutasi yang terjadi tidak selalu menyebabkan masalah bagi manusia.

Setiap kali virus bermutasi, 30 persen menyebabkan virusnya mati, sehingga 20 persen mutasi tidak menyebabkan dampak apapun, dan hanya 4-5 persen mutasi yang membuat virusnya tetap bertahan terhadap tekanan yang kuat, misalnya dari antibodi.

Prof. Amin juga mengungkapkan situasi post-COVID-19 atau co-infection semacam ini sudah menjadi kekhawatiran ahli di seluruh dunia. Karena itu, kata Prof. Amin pihaknya selalu sampaikan bahwa perubahan status dari pandemi ke endemi bukan berarti COVID-19 lenyap dari muka Bumi.

“Tapi, kita semua harus berdampingan dengan virus terus selagi prokes tetap dijalankan," kata Prof Amin.

Lebih lanjut, Prof. Asri menambahkan kalau menemukan kasus tidak biasa, segera laporkan.

“Ini sebagai bentuk kewaspadaan kita demi masa depan yang lebih terkontrol," pungkasnya.

Editor : Kartika Indah Kusumawardhani

Follow Berita iNews Depok di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut