JAKARTA, iNewsDepok.id - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Mujiyono melaksanakan sholat Jumat di Masjid Cut Meutia, Jakarta Pusat.
Selama bulan Ramadan, AHY melaksanakan safari Ramadan ke seluruh pelosok Indonesia, dimulai di Jakarta dengan mengunjungi seniman ondel-ondel, kampung nelayan dan jamaah Masjid Kramat Luar Batang.
Kini, menutup safari Ramadan tersebut, AHY kembali melaksanakan giat di Jakarta dengan menyapa jamaah Masjid Cut Meutia yang juga seringkali digunakan ibadah tokoh-tokoh nasional, seperti Anies Baswedan, Jusuf Kalla dan lainnya.
"Alhamdulillah, hari ini kita sampai di Jumat terakhir bulan Ramadhan. Senang sekali bisa melaksanakan sholat Jumat di Masjid Cut Meutia, Jakarta Pusat. Mudah-mudahan bulan suci ini bisa menjadi ajang bagi kita untuk terus mempererat tali silaturahmi," tulis AHY dalam akun twitternya @AgusYudhoyono, Jumat (29/4/2022).
Selain didampingi Mujiyono, AHY juga ditemani Bendahara DPD PD DKI Jakarta Ali Muhammad Johan Suharli, Mantan Ketua Fraksi Demokrat DPD DKI Jakarta Taufiqurrahman, Wasekjen Partai Demokrat Agust Jovan Latuconsina, dan Direktur Eksekutif Partai Demokrat Sigit Raditya.
Ketum Partai Demokrat AHY dan para petinggi partainya yang mendampingi sholat Jumat di Masjid Cut Meutia, berfoto bersama pengurus Masjid Cut Meutia. Foto: Istimewa
Usai salat Jumat, AHY bersilaturahmi dengan pengurus Yayasan Masjid Cut Meutia di kantor pengurus. Dari Ketua Yayasan Masjid Cut Meutia Beny Suprihartadi dan Sekretaris Yayasan Masjid Cut Meutia M Ashraf Ali, AHY mendapat kabar bahwa Masjid Cut Meutia ini akan dipugar Pemprov DKI.
“Insya Allah semoga lancar, Pak, rencana pemugarannya. Nanti insya Allah saya akan ke sini lagi Pak,” ujar AHY.
Silaturahmi singkat dan hangat ini ditutup dengan doa bersama untuk kebaikan dan keselamatan bangsa.
Masjid yang berlokasi di Jalan Taman Cut Meutia Nomor 1, Kelurahan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat ini merupakan bangunan tua peninggalan jaman Belanda. Bagian dalam dindingnya yang kokoh dihiasi seni kaligrafi Islam.
Sebelum menjadi tempat ibadah bagi umat Islam, bangunan masjid itu adalah gedung milik pemerintahan kolonial Belanda. Masjid ini pernah difungsikan sebagai kantor kantor perusahaan pengembang milik Belanda, sebagai kantor pos milik Belanda, kantor Jawatan Kereta Api Belanda, hingga Kantor Angkatan Laut Jepang.
Setelah masa kemerdekaan Indonesia, masjid yang bisa menampung sekitar 3.000 anggota jamaah ini pernah menjadi kantor urusan perumahan, kantor urusan agama, hingga Sekretariat Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
Barulah, pada masa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin, gedung itu dihibahkan ke Pemprov DKI Jakarta, dan gedung yang sebelumnya hampir diruntuhkan karena dianggap tidak berfungsi ini, difungsikan sebagai masjid sesuai Surat Keputusan Gubernur Nomor 5184/1987.
Masjid itu juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya, sehingga bentuk bangunannya sengaja dipertahankan.
Keunikan bangunannya membuat banyak turis domestik dan mancanegara rutin berkunjung ke sana. Bahkan, tak sedikit pengunjung yang akhirnya tertarik mempelajari agama Islam.
Editor : Rohman
Artikel Terkait