Membangun Dunia yang "Tidak Normal" dalam Layar
Proses penulisan naskah yang dilakukan oleh Lucky dan Andri berawal dari observasi mendalam tentang bagaimana dunia saat ini menormalisasi banyak hal yang sebenarnya tidak sehat.
Dari tuntutan untuk memiliki rumah dan berhutang seumur hidup, hingga tekanan untuk terus-menerus mempresentasikan diri demi mengesankan orang lain. Semua ini menciptakan ilusi dimana kita melupakan batas antara realitas dan identitas sejati kita.
Desain produksi film juga mendukung pesan ini dengan sangat kuat. Studio tempat syuting dibangun dengan ruang-ruang yang kaku, langit-langit yang sedikit lebih rendah, menciptakan kesan "penjara" yang indah namun dingin. Ini adalah pilihan artistik yang disengaja untuk menunjukkan bahwa bahkan dalam lingkungan yang terlihat sempurna, kita bisa merasa terisolasi dan terpenjara jika kita tidak otentik.
Tantangan Akting yang Menyenangkan
Bagi Marissa Anita, memerankan Mila adalah tantangan yang menyenangkan. Karakter Mila yang kompleks dan penuh emosi menuntut pendalaman yang luar biasa.
Mila adalah representasi ekstrem dari seorang people pleaser, terutama fenomena yang banyak dialami perempuan. Ia terbiasa membentuk dirinya demi diterima dan dicintai, tanpa menyadari bahwa cinta sejati adalah tentang penerimaan diri apa adanya.
Melalui karakter Mila, kita diingatkan bahwa kita semua pernah mengalami situasi di mana kita harus "menyelamatkan" orang lain dengan mengorbankan diri sendiri.
"A Normal Woman" bukan hanya sebuah film, tetapi juga cermin yang mengajak kita merenung. Sudahkah kita menemukan kembali bagian-bagian diri yang hilang? Apakah kita sudah hidup se-otentik mungkin? Dan yang terpenting, apakah kita mendengarkan alarm yang diberikan tubuh kita?
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait
