Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh klaim surrender yang berkurang 15,2%, menjadi Rp58,11 triliun. Namun, beberapa jenis klaim lainnya seperti partial withdrawal, klaim kesehatan, dan klaim meninggal dunia mengalami peningkatan.
"Klaim partial withdrawal meningkat 19,4% menjadi Rp15,05 triliun. Tren ini menunjukkan bahwa pemegang polis lebih memilih mempertahankan polisnya sambil memanfaatkan fitur pengambilan sebagian manfaat," jelas Elin.
Di sisi lain, tingginya inflasi biaya kesehatan masih terus membayangi masyarakat. Klaim asuransi kesehatan tumbuh signifikan sebesar 37,2% menjadi Rp20,91 triliun, jauh melampaui peningkatan premi asuransi kesehatan yang hanya sebesar Rp14,98 triliun.
“Peningkatan yang terjadi di tahun 2024 ini bahkan sudah melebihi peningkatan yang terjadi di tahun 2023 lalu. Pembayaran klaim asuransi kesehatan sebesar Rp20,91 triliun, sedangkan pendapatan preminya hanya sebesar Rp14,98 triliun. Rasio perbandingan klaim terhadap premi sudah mencapai 139.5%,” tambah Elin.
AAJI terus berkolaborasi dengan regulator dan penyedia layanan kesehatan melalui berbagai inisiatif, seperti koordinasi layanan medis (Coordination of Benefit) dengan BPJS Kesehatan dan pembentukan medical advisory board, guna meningkatkan efisiensi layanan sekaligus memperluas cakupan perlindungan.
“Dari sisi industri kami juga mendorong perusahaan untuk mengedukasi masyarakat khususnya para pemegang polis atas kondisi yang terjadi saat ini. Melalui berbagai kolaborasi tersebut, pelayanan medis oleh perusahaan diharapkan tidak hanya semakin efisien melainkan juga semakin memperluas cakupan perlindungan masyarakat,” lanjut Elin.
Turut Jaga Stabilitas Perekonomian Nasional
Ketua Bidang Bisnis Syariah AAJI, Paul Kartono, menyoroti pertumbuhan total aset dan investasi industri asuransi jiwa. Sampai dengan bulan September tahun 2024, industri asuransi jiwa berhasil membukukan total aset senilai Rp630,12 triliun, naik 3,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Sebanyak 87,8% dari total aset ditempatkan pada instrumen investasi yang diatur secara ketat oleh OJK. Porsi terbesar berada di Surat Berharga Negara (SBN) dengan kontribusi Rp205,66 triliun atau 37,2% dari total investasi, meningkat 28,3% dibandingkan tahun lalu," jelas Paul.
Selain itu, investasi di saham dan reksa dana masing-masing menyumbang 26,2% dan 13,1% dari total portofolio investasi.
"Penempatan investasi ini mencerminkan komitmen industri asuransi jiwa untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional, sambil memastikan perlindungan optimal bagi pemegang polis," ungkap Paul.
“Pertumbuhan positif yang dicapai industri asuransi jiwa makin memperkuat komitmen kami untuk terus menjaga kepercayaan para pemegang polis. Sejalan dengan prinsip itikad baik dari sisi perusahaan dan pemegang polis, kami terus berupaya menciptakan industri yang sehat dengan menunaikan kewajiban melalui pelayanan yang maksimal, pembayaran klaim yang sesuai dan juga penguatan tata kelola perusahaan yang baik. Begitu pula dari sisi pemegang polis yang wajib memahami dan mematuhi setiap ketentuan yang tercatat dalam polis termasuk berperilaku jujur. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk saling memahami pentingnya penegakan prinsip utmost good faith yang menjadi dasar dalam melakukan kontrak perjanjian,” tutup Budi.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait