UNFPA, IBI, dan Danone Tingkatkan Kapasitas Bidan sebagai Aktor Utama Tangani Kesehatan Ibu dan Anak
Investasi pada bidan adalah kunci transformasi sistem kesehatan menuju ketahanan dan inklusivitas. Dengan memperkuat peran bidan, kita dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi, meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Temuan Laporan State of the World's Midwifery (2021) menegaskan bahwa bidan adalah pilar utama dalam sistem kesehatan yang tangguh. Namun, tantangan masih besar. Kesenjangan kualitas pelayanan, terutama di daerah terpencil, serta ancaman seperti perdarahan pascapersalinan (PPH) mengharuskan kita untuk memperkuat sistem pendidikan dan pelatihan bidan, serta meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai.
Jamiliatus Sa’Diyah, seorang bidan dan influencer, menekankan pentingnya dukungan yang memadai bagi para bidan di seluruh Indonesia dalam upaya menurunkan angka kematian, khususnya kematian yang disebabkan perdarahan pascapersalinan pada ibu.
“Untuk mencapai tujuan ini, kita perlu memastikan bahwa setiap ibu memiliki akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan berkualitas,” ujarnya. Beliau juga menyoroti pentingnya pelatihan berkelanjutan bagi para bidan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menangani berbagai kasus kebidanan.
“Selain kolaborasi dengan ahli medis, dukungan pelatihan dan teknologi kesehatan terbaru juga mendukung para bidan dalam memberikan pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat,” tambah Jamiliatus.
UNFPA telah meluncurkan rangkaian kegiatan edukasi untuk meningkatkan kapasitas para bidan di Indonesia. dr. Sandeep Nanwani, Spesialis Kesehatan Seksual dan Reproduksi UNFPA, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membekali bidan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan berkualitas, komprehensif, dan berpusat pada pasien.
“Dengan demikian, bidan tidak hanya berperan sebagai tenaga kesehatan, tetapi juga sebagai sosok yang dipercaya dan diandalkan oleh masyarakat,” ujar dr. Sandeep Nanwani.
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, Direktur Sains Medis Danone Indonesia. Foto: Inke Maris PR
Danone Indonesia telah melakukan 84 penelitian mengenai berbagai isu kesehatan ibu dan anak, termasuk anemia, stunting, dan malnutrisi. Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, Direktur Sains Medis Danone Indonesia, menjelaskan bahwa penelitian-penelitian ini bertujuan untuk menemukan solusi yang efektif dalam mengatasi masalah kesehatan, termasuk isu pendarahan pascapersalinan yang dialami oleh Ibu.
Selain itu, screening anemia merupakan kunci untuk mengurangi prevalensi anemia, terutama bagi ibu hamil untuk mencegah risiko perdarahan pascapersalinan. “Screening anemia meliputi inspeksi fisik dan melihat kecukupan gizi. Karena ketika terjadi anemia defisiensi zat besi, maka ibu juga mengalami defiesiensi zat gizi mikro yang lain sehingga bisa mengganggu asupan nutrisi ke si Kecil. Hal-hal seperti inilah yang tentu penting untuk terus diedukasi oleh para Bidan, agar para Ibu bisa memahami pentingnya pencegahan dan risiko anemia. Oleh sebab itu, Danone Indonesia juga aktif melakukan kolaborasi dengan organisasi profesi tenaga kesehatan, terutama dalam memberikan edukasi kepada para tenaga kesehatan, termasuk tentang pentingnya screening anemia. Dengan demikian, tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat,” tutup dr. Ray.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait