DEPOK, iNews Depok. id - Polemik terkait keberadaan Pasantren Khoirur Rooziqiin di wilayah Beji, Kota Depok semakin memanas. Penutupan akses jalan dan pendistribusian makanan melalui tangga menjadi sorotan publik.
Keberatan utama datang dari warga Perumahan Caltex, Beji Timur terkait alih fungsi area resapan air menjadi bangunan pasantren. Dulu, lokasi tersebut merupakan setu (rawa) yang berfungsi sebagai daerah resapan air dari berbagai wilayah.
"Bukan hanya pasantren, SMAN 14 juga dulu area hijau. Air dari Beji Timur, Beji Pladen, dan lainnya mengalir ke situ, makanya disebut Rawa Maya, jalan Rawa Maya karena ada rawa di situ," kata Ketua RT 03, RW 05 Perumahan Caltex, Abdul Aziz Muslim, kepada iNews Depok, Sabtu (2/3/2024).
Sebelumnya, BKD Pemkot Depok menjamin area resapan air di lokasi Pasantren Khoirur Rooziqiin dan SMAN 14 tidak akan dibangun. Namun, kenyataannya berbeda.
"Empang-empang yang menjadi tempat resapan air ini diuruk dan bangunan didirikan tanpa mempertimbangkan struktur tanah," tegas Aziz.
Mirisnya, bangunan pasantren berdiri selama 2 tahun tanpa IMB. Site plan-nya pun mengarah ke Jalan Rawa Maya, bukan Jalan Karet Hijau, Perumahan Caltex.
"Harusnya urus IMB-nya pertimbangkan dampak lingkungan," tegas Aziz.
Warga Perumahan Caltex khawatir potensi banjir meningkat akibat hilangnya area resapan air. Banjir sudah terjadi di Perumahan Orchid, perumahan yang berdekatan dengan Pasantren Khoirur Rooziqiin.
"Banjirnya cukup tinggi dan lama surutnya," ungkap Aziz.
Kontroversi ini menjadi perbincangan hangat di media sosial, menyoroti akses jalan yang tertutup dan distribusi makanan melalui tangga.
Sebelumnya diberitakan, akses jalan menuju Pesantren Khoirur Rooziqiin di wilayah Beji, Kota Depok, tertutup sejak 1 Maret 2024. Akses jalan ke pesantren ditutup oleh warga sekitar dari berbagai arah, sehingga santri tidak bisa keluar masuk. Peristiwa ini pun viral di media sosial instagram Info Depok.
Menanggapi hal tersebut, warga Perumahan Caltex Beji Timur, Kota Depok, angkat bicara. Ketua RT 03, RW 05, Perumahan Caltex, Abdul Aziz Muslim menegaskan bahwa tembok yang diklaim menutup akses jalan pesantren sudah berdiri sejak tahun 70-an, jauh sebelum pesantren didirikan.
"Tembok itu sudah ada sejak tahun 70-an, bahkan musala di sana juga sudah berdiri sejak lama dan terakhir direnovasi tahun 2000. Artinya, perumahan Caltex lebih dulu ada dibandingkan pesantren," katq Aziz kepada iNews Depok, Jumat (1/3/2024).
Aziz menjelaskan bahwa akses jalan pesantren seharusnya melalui Jalan Rawa Maya, Kelurahan Beji, sesuai dengan IMB yang mereka ajukan.
"Warga Caltex tidak pernah menutup akses jalan pesantren. Akses jalan mereka ada di Jalan Rawa Maya, bukan di Perumahan Caltex," jelas Aziz.
Lebih lanjut, Aziz mengungkapkan bahwa warga Caltex pernah digugat oleh pihak pesantren karena menolak permintaan akses jalan melalui Perumahan Caltex.
"Warga kami sudah tidak nyaman dengan banyaknya kendaraan dari sekolah yang sudah ada di lingkungan kami. Kami menolak permintaan pesantren untuk akses jalan karena kami ingin menjaga kenyamanan lingkungan," ungkap Aziz.
Editor : Mahfud
Artikel Terkait