Australia Bebaskan Pria Malaysia yang Ditahan Atas Pembunuhan Wanita Mongolia

Laurensius Teddy Saputro
Polisi Azilah Hadri (kedua dari kiri) dan Sirul Azhar Umar (kedua dari kanan) tiba di gedung pengadilan di Shah Alam di luar Kuala Lumpur 15 Januari 2009. Hadri dan Umar pada hari Kamis memulai pembelaan mereka setelah memperoleh hak. Foto: Reuters.

DEPOK, iNewsDepok.id - Seorang polisi Malaysia yang dihukum karena pembunuhan seorang wanita Mongolia telah bebas dari tahanan di Australia tempat dia ditahan selama hampir sembilan tahun, kata sumber pemerintah yang mengetahui masalah tersebut pada Senin.

Sirul Azhar Umar dan petugas polisi lainnya, Azilah Hadri, dijatuhi hukuman mati setelah dinyatakan bersalah di Malaysia atas pembunuhan Altantuya Shaariibuu, 28 tahun, seorang penerjemah mantan rekan mantan Perdana Menteri Najib Razak.

Sirul ditangkap atas pemberitahuan Interpol dan ditahan di pusat penahanan imigrasi Australia sejak Januari 2015, setelah meninggalkan Malaysia sesaat sebelum putusan dijatuhkan.

Pembebasannya terjadi hanya beberapa hari setelah keputusan penting Pengadilan Tinggi Australia yang melarang penahanan imigrasi tanpa batas waktu, yang berujung pada pembebasan puluhan pencari suaka.

Pejabat tinggi kepolisian Malaysia Razarudin Husain membenarkan kabar pembebasan Sirul dari tahanan Australia dan mengatakan polisi akan berdiskusi dengan Jaksa Agung dan pengadilan mengenai kemungkinan ekstradisi.

Malaysia pada bulan April meloloskan reformasi hukum untuk menghapuskan hukuman mati wajib, sehingga memungkinkan orang yang menghadapi hukuman tersebut untuk meminta peninjauan kembali hukumannya.

Berdasarkan hukum Australia, seseorang tidak dapat dideportasi jika menghadapi hukuman mati. Azilah, salah satu terdakwa Sirul, masih menjalani hukuman mati di Malaysia.

Pembunuhan Shaariibuu telah menjadi pusat skandal politik selama bertahun-tahun. Dia dibunuh di sebuah hutan di pinggiran ibu kota Malaysia pada tahun 2006, menurut catatan pengadilan, namun pertanyaan tentang siapa yang memerintahkan pembunuhan tersebut tidak pernah terjawab.

Sirul bertugas sebagai anggota keamanan pribadi Najib pada saat pembunuhan terjadi. Kelompok masyarakat sipil menuduh pembunuhannya terkait dengan perannya sebagai penerjemah dalam pembelian dua kapal selam Prancis oleh Malaysia pada tahun 2002.

Najib, yang saat itu menjabat menteri pertahanan dan kemudian menjadi perdana menteri, telah berulang kali membantah tuduhan adanya hubungan dengan Shaariibuu atau korupsi dalam pembelian kapal selam tersebut.

Editor : M Mahfud

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network