DEPOK, iNews.id - Mark Zuckerberg mengumumkan bahwa kerajaan media sosialnya sedang membangun apa yang dia klaim sebagai superkomputer artificial Intelligence (AI) atau superkomputer kecerdasan buatan, yang tercepat di dunia sebagai bagian dari rencana untuk membangun metaverse virtual.
"Pendiri Facebook itu dalam sebuah blogpost mengatakan bahwa metaverse, sebuah konsep yang memadukan dunia fisik dan digital melalui virtual dan augmented reality, akan membutuhkan kekuatan komputasi yang "sangat besar"," kata The Guardian seperti dikutip Selasa (25/1/2022).
Karena hal tersebut, maka Meta Platforms Inc, perusahaan Zuckerberg, sedang merancang Superkomputer AI yang dijuluki sebagai AI Research SuperCluster (RSC), agar menjadi yang tercepat di dunia. Sementara saat ini, menurut perusahaan itu, RSC merupakan superkomputer tercepat kelima di dunia.
“Pengalaman yang kami bangun untuk metaverse membutuhkan daya komputasi yang sangat besar (triliun operasi/detik) dan RSC akan memungkinkan model AI baru yang dapat belajar dari triliunan contoh, memahami ratusan bahasa, dan banyak lagi,” tulis Zuckerberg dalam blogpost tersebut.
Peneliti di Meta menambahkan, mereka berharap RSC telah menjadi komputer tercepat dari jenisnya ketika selesai dirancang pada musim panas.
AI meniru arsitektur yang mendasari otak dalam bentuk komputer yang dirancang untuk mampu memproses dan melihat pola dalam sejumlah besar data. Meta, perusahaan pemilik Facebook, Instagram, dan layanan pesan WhatsApp, menghasilkan sejumlah besar data dari 2,8 miliar pengguna hariannya.
Perusahaan yang didenda US$5 miliar karena pelanggaran privasi setelah skandal Cambridge Analytica dan pembocoran data oleh mantan karyawan Facebook, Frances Haugen, itu telah mengumumkan bahwa saat ini pihaknya lebih fokus pada ekspansi ke area baru ketika harus menempatkan "lebih banyak sumber daya pada yang sangat mendasar", yakni sistem keamanan.
Peneliti Meta mengatakan, RSC yang dibangun dari ribuan prosesor yang ditempatkan di lokasi yang dirahasiakan, akan membantu mengidentifikasi konten berbahaya di platformnya, akan tetapi Meta yang mengakui bahwa metaverse masih bertahun-tahun lagi untuk menjadi konsep yang sepenuhnya matang, adalah bagian penting dari rencana perusahaan di bidang komputer.
Dalam postingan di blog, Kevin Lee, seorang peneliti Meta yang juga manajer program teknis di perusahaan itu; juga Shubho Sengupta, insinyur perangkat lunak Meta, mengatakan bahwa mereka berharap superkomputer dapat segera menerjemahkan percakapan antara para gamer dari berbagai negara, karena dengan begitu, kata mereka, hal itu dapat memungkinkan sekelompok besar orang di seluruh dunia bermain game berdasarkan augmented reality, di mana lapisan digital diletakkan di atas realitas, biasanya melalui telepon pengguna, meskipun headset dan kacamata khusus sedang dikembangkan di perusahaan seperti Apple dan pemilik Snapchat.
“Kami berharap RSC akan membantu kami membangun sistem AI yang benar-benar baru yang dapat, misalnya, mendukung terjemahan suara waktu nyata ke sekelompok besar orang, masing-masing berbicara dalam bahasa yang berbeda, sehingga mereka dapat berkolaborasi dengan mulus dalam proyek penelitian atau memainkan game AR. bersama-sama,” tulis para peneliti itu.
Mereka memastikan, apa yang mereka dilakukan dengan RSC pada akhirnya akan membuka jalan menuju pembangunan teknologi untuk platform komputasi besar berikutnya, yakni metaverse, di mana aplikasi dan produk yang digerakkan oleh AI akan memainkan peran penting.
Para peneliti juga mengatakan bahwa data pengguna dienkripsi end to end sebelum dimasukkan ke RSC.
“Sebelum data diimpor ke RSC, data tersebut harus melalui proses peninjauan privasi untuk mengonfirmasi bahwa data tersebut telah dianonimkan dengan benar. Data tersebut kemudian dienkripsi sebelum dapat digunakan untuk melatih model AI,” kata para peneliti itu.
Editor : Rohman