Ary pun berpesan pentingnya kerja sama dalam mengatasi dampak perubahan iklim. “Perlu dukungan dan sinergi dari banyak pihak, lintas sektor, dari tingkat tapak sampai pengambil kebijakan dalam upaya pengendalian perubahan iklim. Khususnya dalam pengembangan bambu, sehingga menjadi bagian dari tujuan dan target kita dalam penurunan emisi dan target kontribusi nasional dalam pengendalian perubahan iklim,” pungkasnya.
Didukung oleh Pusat Standardisasi Instrumen, Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim (Pustandpi) dan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL), talkshow ini dipandu oleh pemerhati Perempuan dan Seni, Avianti Armand. Selain itu, hadir para narasumber pelaku dan praktisi pengembangan bambu, mulai dari pembibitan, penganyam bambu, konstruksi bambu, hingga inovator produk bambu.
Hadir pula Wilhelmina Wahul, seorang wakil ketua BPD dan ketua kelompok tani wanita Kelompok Cembes Nai, Desa Golo Loni, tokoh gender yang aktif dalam usaha pembibitan bambu di Desa Golo Loni, dengan dukungan pelatihan dari YBLL. Selain Wilhelmina, ada Marselinus Mansyur, Pandu Bambu yang aktif dalam membangun sebuah desa wanatani bambu di Kabupaten Manggarai Timur, NTT.
Salah satu kreasi dari bambu. Foto: Ist
Sementara itu, dilandasi oleh meningkatnya kesadaran akan bangunan dan perumahan ramah lingkungan di Indonesia, Karim Munaf sebagai generasi baru/penerus usaha turun temurun, Direktur dan insinyur ahli kayu pada Bambulogy (PT Indonesia Hijau Dwidaya), telah merancang interior dan bangunan gedung multi tingkat dari bambu, menggunakan komposit bambu yang ramah lingkungan, kokoh, dan tahan lama.
Tidak ketinggalan, turut hadir inovator Singgih Susilo Kartono sebagai kreator pembuat Radio Kayu Magno dan Spedagi Bamboo Bike dari Desa Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah, yang mendunia dengan penghargaan Japan Good Design Award G-Mark 2008, London Design Museum’s Brit Insurance Design Awards 2009. Ia juga pencetus gerakan revitalisasi desa melalui pasar rakyat Papringan, yang menginspirasi ratusan desa di Indonesia.
Diselenggarakan selama tiga hari mulai tanggal 16 hingga 18 September 2023, Festival LIKE terbuka untuk masyarakat umum. Selain talkshow, festival juga dimeriahkan oleh pameran mengenai segala aspek lingkungan hidup dan kehutanan, coaching clinic, dan pertunjukan seni budaya tradisional serta modern.
Melalui festival ini, diharapkan dapat semakin meningkatkan kesadaran dan dukungan masyarakat terhadap upaya dan aksi perubahan iklim dari sektor lingkungan hidup dan energi terbarukan.
Editor : M Mahfud
Artikel Terkait