4. Mendorong perubahan iklim. Di udara, mikroplastik yang berterbangan mampu mendorong nukleasi es. Mikroplastik pada atmosfer juga dapat menangkap radiasi inframerah dari permukaan bumi dan mendorong pembentukan awan serta perubahan iklim.
Mikroplastik di udara juga diketahui telah menembus salju di gletser, sehingga berpotensi berdampak pada penyerapan cahaya. Melalui fenomena tersebut, mikroplastik dapat menembus serta memengaruhi lapisan es yang dilepaskan ke sungai dan Samudra Arktik dengan mempercepat pencairan lapisan es.
Mulai dari Kebiasaan Kecil
Untuk menangani masalah mikroplastik, secara prinsip tentunya sama halnya seperti menangani masalah sampah pada umumnya, yaitu harus dimulai dari diri sendiri melalui kebiasaan maupun pilihan-pilihan produk yang baik dan bertanggung jawab.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain:
1. Kurangi penggunaan benda plastik sekali pakai
2. Sebisa mungkin hindari abrasi karet dan plastik. Hal ini dapat dimulai dengan memilih sepatu atau ban dengan sol berbahan karet alami. Sayangnya, banyak sol sepatu berbahan karet alami seringkali dicampur dengan karet sintetis sehingga dapat menimbulkan polusi mikroplastik juga
3. Sebisa mungkin menghindari pakaian atau benda lain yang terbuat dari material yang sintetis seperti wewangian sintetis, sapu sintetis, dan sebagainya. Sebaliknya, usahakan beralih ke material yang lebih alami
4. Hindari minyak berbasis petroleum, seperti kerosin, seresin, dan petrolatum
5. Gunakan lap yang agak basah ketika membersihkan rumah dari debu untuk mengurangi potensi mikroplastik terlepas ke udara
6. Jangan beralih ke benda-benda berbahan bioplastic. Bagaimanapun, bahan ini tidak termasuk dalam kategori sampah organik atau kompos, mereka hanya akan membusuk dengan bantuan fasilitasi pengomposan. Sehingga ketika mereka kembali ke alam, mereka juga akan menghasilkan mikroplastik dan memiliki dampak negatif yang hampir sama besarnya seperti plastik pada umumnya
7. Hindari benda-benda dengan pelapisan plastik, karena sejatinya manusia banyak menggunakan benda-benda sehari-hari yang berukuran kecil dan memiliki lapisan plastik di bagian luar, seperti cotton bud, tissue basah, dan lain-lain.
“Mikroplastik kini telah menjadi masalah yang serius yang harus kita tanggulangi bersama. Dampak negatifnya terhadap ekosistem laut, perairan, manusia, dan iklim sangat besar. Untuk itu, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan sektor industri dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, meningkatkan pengelolaan sampah yang baik, dan mengembangkan solusi alternatif yang ramah lingkungan. Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat melindungi lingkungan di Indonesia dari bahaya sampah mikroplastik dan mewariskan alam yang bersih dan sehat kepada generasi mendatang,” tutup Tri.
Editor : Mahfud
Artikel Terkait