Berdasarkan TRT World, konstruksi masjid tembakau ini terinspirasi makam Mamluk di Nekropolis, Kairo, dengan balok granit merah dan abu-abu untuk menciptakan kembali garis-garis batu ablaq, mosaik warna-warni dan pola geometris Moor serta cerobong asap yang didisain seperti menara.
Sayangnya banyak arsitek memandang pabrik tersebut sebagai ‘noda’ pada sejarah baroque yang terkenal, yang membuat Dresden mendapat julukan ‘Florence di Elbe’. Akibatnya, Martin Hammitzsch dikeluarkan dari majelis arsitek setelah menyerahkan drafnya.
Dewan kota juga mengancam akan menolak izin konstruksi Ziet. Kemudian dia mengancam akan memindahkan bisnis ke tempat lain, dan otoritas setempat mundur.
Pada 1909, Pabrik Tembakau Yenidze selesai dibangun. Gedung ini menampilkan kata-kata yang menyala ‘Salem Aleikum’, atau ‘salam bagimu’ dalam bahasa Arab, disi sisi untuk penumpang kereta yang lewat.
Segera, merek rokok "Salem Aleikum" dan "Salem Gold" menjadi beberapa yang paling populer di Jerman. Pabrik tersebut dikenal sebagai 'masjid tembakau' karena tampilannya yang khas.
Arsitektur Yenidze selalu menjadi subyek kontroversi di Dresden, sebagai sebuah obyek dengan ‘rasa yang kurang’ dibandingkan dengan mahakarya baroque di kota tersebut. Tapi kini bangunan tersebut dianggap sebagai bagian integral dari lanskap kota.
Bangunan tersebut juga menjadi sejarah karena selamat dari pemboman pada 1945 selama Perang Dunia 2. Lima belas tahun setelah peresmian, masjid tembakau dijual ke Grup Tembakau Reemtsma yang beroperasi hingga 1953. Masjid tembakau tersebut diisolasi selama beberapa dekade hingga dipulihkan sepenuhnya pada tahun 1996.
Saat ini bangunan tersebut dimiliki Grup EB yang berbasis di Berlin, setelah dibeli dari jutawan Israel Adi Keizman pada 2014. Bangunan ini dioperasikan sebagai fasilitas kantor dengan restoran yang berada di kubah besarnya, yang menjadi tempat bagi pelanggan menikmati pemandangan Dresden dengan 360 derajat.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait