Kip Laos (LAK)
Kip Laos adalah mata uang terlemah di dunia 2023 nomor tiga, yakni 1 kip membeli 0,000057 dolar atau 1 USD sama dengan 17.692 kip Laos. Negara di sebelah barat Vietnam ini telah dilanda pertumbuhan ekonomi yang lamban dan kewajiban utang luar negeri yang menghancurkan.
Inflasi, termasuk harga minyak dan komoditas global lainnya yang lebih tinggi, telah diperburuk oleh penurunan kip, yang membantu mendorong mata uang lebih rendah lagi.
Dewan Hubungan Luar Negeri mengatakan upaya baru-baru ini oleh pemerintah untuk mengendalikan inflasi, utang, dan jatuhnya mata uang negara telah dianggap buruk dan kontraproduktif.
Leone Sierra Leone (SLL)
Leone Sierra Leone adalah mata uang terlemah keempat di dunia, yakni 1 leon membeli 0,000057 dolar atau 1 USD sama dengan 17.665 leon Sierra Leone. Inflasi yang tinggi, melebihi 43% pada April 2023, pelemahan ekonomi dan kewajiban utang yang besar menjadi faktor yang menyeret turun mata uang negara Afrika Barat ini.
Pengamat mengatakan masalah lain yang mempengaruhi mata uang negara termasuk efek berkepanjangan dari wabah Ebola tahun 2010 dan perang saudara sebelumnya, ketidakpastian politik, dan korupsi publik yang meluas. Menurut Bank Dunia, perkembangan ekonomi Sierra Leone telah dibatasi oleh guncangan global dan domestik yang bersamaan.
Pound Lebanon (LBP)
Pound Lebanon berada di urutan kelima di antara mata uang terlemah di dunia, dengan 1 pound membeli 0,000067 dolar atau 1 USD sama dengan 15.012 pound Lebanon. Pada Maret 2023, pound Lebanon merosot ke rekor terendah terhadap dolar AS.
Mata uang telah berubah dalam kinerja yang menyedihkan dengan latar belakang ekonomi yang sangat tertekan, pengangguran yang tinggi secara historis, krisis perbankan yang sedang berlangsung, kekacauan politik, dan inflasi yang mencengangkan. Harga melonjak sekitar 171% pada tahun 2022.
Catatan Dana Moneter saat pound Lebanon mencapai rekor terendah awal tahun ini, Lebanon berada di persimpangan jalan yang berbahaya, dan tanpa reformasi yang cepat akan terperosok dalam krisis yang tidak pernah berakhir.
Editor : Kartika Indah Kusumawardhani
Artikel Terkait